Santap Karya: Bisakah Android kena Virus?


Halo pembaca cerdas!

Banyak rumor beredar tentang virus android. Mungkin beberapa di antara teman-teman pembaca pernah menemukan berbagai iklan dan tayangan yang isinya menyinggung tentang virus di perangkat android teman pembaca.

Dalam artikel kali ini, kita akan kupas tuntas, apakah android bisa terinfeksi virus atau tidak?

Apakah virus Android itu ada?

“Virus”, menurut para cendekia komputer dan kriptograf, adalah sebuah program yang mereplika dirinya sendiri (baca: dia membuat duplikat dirinya sendiri) dengan cara menyuntikkan dirinya pada program lain. Biasanya virus digunakan oleh para penjahat siber untuk menyebarluaskan ulahnya, dan karena itulah virus menjadi sebuah istilah populer untuk semua jenis piranti berbahaya (dalam Bahasa Inggris kita tahu ini sebagai Malware (malicious software)).

Hingga tulisan ini ditulis, belum ada sebuah program yang melakukan apa yang dilakukan virus (menduplikasi dirinya sendiri seperti virus komputer) di Android. Bahkan secara spesifik, hal seperti ini di android tidak mungkin ada (penjelasan teknis kenapa tidak mungkin ada virus di Android bisa membuat kita mendiskusikan kernel Linux, yang tidak mungkin dilakukan dalam rubrik Sosiologi). Namun, kita tetap harus waspada, karena bagaimanapun malware Android ternyata ada.

Banyak orang bilang malware adalah virus—meskipun secara teknis ini tidak tepat.

Jadi apa itu Malware Android?

Malware adalah sebuah perangkat lunak (program/software) yang didesain untuk mengendalikan sebuah perangkat secara rahasia, mencuri informasi pribadi—atau bahkan uang—dari pemilik perangkat tersebut. Malware telah digunakan untuk mencuri password dan nomor rekening dari telepon seluler, meledakkan tagihan kartu kredit, menguras habis pulsa, dan bahkan melacak lokasi dan aktivitas seseorang tanpa sepengetahuannya.

Bagaimana kita melawan serangan Malware?

Sebenarnya untuk meminimalisir resiko terserang malware, apa yang harus kita lakukan cukup mudah. Yang perlu kita lakukan, utamanya, adalah bersikap waspada dan curiga atas aplikasi yang didownload tanpa sepengetahuan kita. Kalau perlu, hindari meng-install aplikasi yang didownload tanpa kita ketahui, dan uninstall aplikasi yang mendownload tersebut.

Tapi jika kita ingin menghindari serangan virus android, kita tidak perlu melakukan apa-apa, karena secara teknis virus android itu tidak ada. Yang ada hanyalah malware, bukan virus. Jadi kalau suatu hari teman pembaca menemukan lagi iklan mengganggu yang isinya ponsel teman terinfeksi virus, jangan diindahkan.

Cybersociology: Dampak Sosial Malware Android

Satu hal yang paling nampak dari fenomena virus dan malware di dunia siber adalah bagaimana oknum-oknum tertentu memanfaatkan ketakutan seseorang terhadap virus dan malware untuk tujuan tertentu. Dengan memasang iklan, membuatnya tampil seolah-olah itu adalah dari Google atau perusahaan besar lainnya, oknum ini berharap pengguna ponsel ketakutan (dia berusaha menipu pengguna ponsel dengan berkata bahwa ponselnya terinfeksi virus) dan membuat sang pengguna menginstall aplikasi tertentu ke dalam telepon selulernya.

Dalam banyak kasus, yang diinstall hanyalah program yang isinya tidak lebih dari kumpulan sampah dan iklan yang sering muncul tiba-tiba. Hal ini membuat perangkat seluler bekerja lebih lambat (alias lemot) dan tidak bisa digunakan secara optimal. Dalam kasus lain, bisa jadi dalam program sampah tersebut justru terselip malware yang akan asyik mencuri data di balik iklan yang ditampilkan tiba-tiba.

Banyak sekali pengguna telepon seluler tertipu karena iklan ini. Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai fenomena virus, malware, dan adware (software sampah yang isinya hanya memunculkan berbagai iklan) dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari generasi zaman now yang hidupnya tidak mungkin lepas dari gadget. Apakah mungkin cara-cara seperti ini menjadi saluran untuk menyebarkan berita hoax?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh: Aldian, Anggota JMPS dan Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2015.