Perempuan
Dalam Dua Warna
Oleh : Sansa Bunga
Dalam tubuhku hidup dua
sosok perempuan. Pertama, Ia yang lekat dengan kesunyian, memuja alam, selalu
mendamba ketenangan namun tetap ingin merasa senang dan bisa berpetualang
sebebas dan seluas-luasnya. Kedua, Ia yang yang tetap bernafsu menjadi budak rutinitas,
mengabdikan diri pada masyarakat katanya, berpapas dengan ribuan topeng, juga
melakukan banyak hal yang bisa dikembangkan dan diwujudkan. Tubuhku, kombinasi
dari perempuan rumahan dan perempuan liar, keduanya berada dalam satu ruang
yang sama dan tak henti-hentinya berebut, berkelahi.
Pertemuan dua sosok
perempuan signifikan dalam tubuhku adalah ancaman beresiko tinggi. Tapi jika
dilihat dari sudut lain, mereka adalah tarian kudus yang diberkati, dua gerakan
dalam satu irama yang beriring. Mewujud Niskala dalam dua warna yang jika
bertaut keduanya adalah Padma, bentuk sukacita dari kuasa jumantara.
Mengalahkan tarian para sufi, Ia adalah energi Ilahi. Dua bumantara yang beradu
saling bertubrukan menciptakan pancaran cahaya yang kuat dan tak terhentikan.
Perempuan langit dan
bumi, Ia yang melahirkan gemuruh namun juga mengalirkan air. Ia yang rela
menjadi gelap untuk membuat sekitar menjadi terang, atau Ia yang seringkali
merasa terlalu terang, sehingga yang lain perlu untuk menjadi lebih terang lagi.
Kuntum bunga yang tumbuh diatas tanah keras, namun tetap rela melepas
kelopaknya untuk menghargai udara, menebar cinta meski tak semua bisa menerima.
Tubuhku adalah wujud metamorf dari keterasingan dan bentrokan dua alam semesta
yang berbeda, pijarnya adalah bentuk kemarahan sekaligus euforia. Di tubuhku
bersemayam Wisnu dan Siwa dalam sekat yang berbeda, hening di dalamnya
menunjukan kombinasi yang sempurna untuk meincpta sosok perempuan dalam dua
warna.
-saa