ANALISIS FILM KI & KA : PERTUKARAN PERAN DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI GENDERv

ANALISIS FILM KI & KA : PERTUKARAN PERAN DALAM RUMAH TANGGA DITINJAU DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI GENDER

Oleh: Bara Athaya Maghribi


     “Ki & Ka” merupakan Film Bollywood yang disutradarai oleh R. Balki dan dibintangi oleh Arjun Kapoor serta Kareena Kapoor Khan. Film yang dirilis pada tahun 2016 ini menceritakan tentang bagaimana kehidupan suami istri yang bernama Kia dan Kabir yang memilih untuk hidup bersama membangun rumah tangga dengan pembagian peran yang berbeda dari kehidupan yang dianggap “seharusnya”. Di dalam kehidupan bermasyarakat, kita mengenal bahwa peran seorang suami dalam rumah tangga adalah untuk mencari nafkah, melindungi keluarganya, dan bertanggungjawab atas segala hal yang terjadi di kehidupan keluarganya. Sedangkan peran seorang istri adalah untuk mengurus kehidupan rumah tangga tersebut, dengan mendampingi sang suami serta bertanggungjawab untuk mengurus rumah dan anak anaknya. Namun berbeda dengan yang digambarkan dalam film ini, sang suami justru mendapatkan peran untuk mengurus rumah tangga, dan sang istri sebagai pencari nafkah.

        Bermula dengan pertemuan antara Kia dan Kabir di dalam perjalanan pesawat, yang membuatnya saling berbincang untuk mengenal satu sama lain. Kia yang merupakan wanita karir, mempunyai ambisi untuk mendapatkan jabatan dalam dunia pekerjaannya. Sedangkan Kabir yang merupakan anak pertama dari seorang kontraktor terkenal yang dianggap telah menguasai setengah dari Dehli ini mempunyai keinginan untuk menjadi seorang “seniman” seperti ibunya, yaitu dengan mengurus rumah tangga. Perbedaan pemikiran antar keduanya yang membuat mereka secara bertahap saling memiliki ketertarikan antar satu sama lain hingga melanjutkannya ke jenjang pernikahan. Pada akhirnya mereka pun melaksanakan pernikahan dan memulai kehidupan rumah tangganya dengan pembagian peran serta komitmen yang telah mereka sepakati bersama, yaitu Kia sang istri yang berperan dalam mencari nafkah, dan Kabir sang suami yang berperan untuk mengurus kehidupan rumah tangga.

Film ini seolah mengajak penontonnya untuk keluar dari stigma yang melekat pada konsep pembagian peran gender dalam rumah tangga, dimana masyarakat yang menganggap bahwa Perempuan hanya bisa melakukan pekerjaan domestik seperti mencuci, memasak dan lain sebagainya yang dianggap sebagai “kodrat wanita” sedangkan laki-laki dengan kodrat nya yang memiliki fisik lebih kuat daripada perempuan haruslah berperan sebagai pencari nafkah. Pada nyatanya ketika kita melihat konsep gender dari kajian Sosiologi Gender, gender merupakan hal yang dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan. Karena gender terbentuk melalui atribut-atribut yang melekat secara sosial dan psikologi sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak sosiolog yang menekankan bahwa dikursus tentang gender digunakan ketika diciptakan pembagian secara sosial dalam masyarakat untuk mengategorikan siapa yang maskulin dan siapa yang feminin. 

Tak ada salahnya ketika sang ayah memiliki peran untuk melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, mengurus anak, membersihkan rumah, dan urusan rumah lainnya. Begitu pula dengan sang Ibu yang memiliki peran untuk mencari nafkah dan bekerja. Karena memang hal tersebut bisa dipertukarkan. Terkecuali jenis kelamin yang dimana sang Ibu berperan untuk mengandung dan melahirkan, sedangkan sang ayah yang berperan untuk memberikan keturunan tersebut melalui sel sperma yang dimilikinya. Hal itu sudah menjadi kodrat yang diberikan Tuhan untuk membedakan antara Laki-laki dan Perempuan. Jadi tidak bisa saling ditukarkan. 

Pada kesimpulannya, film ini berusaha untuk menggambarkan bagaimana peran gender dapat dipertukarkan dalam kehidupan rumah tangga. Merekonstruksi pemikiran masyarakat tentang seksualitas yang terjadi di dalam masyarakat agar dapat memahami konsep dari kesetaraan gender. Dikemas dengan genre Komedi-Romantis agar dapat dipahami dan dinikmati oleh penontonnya, sehingga makna tersr=irat dalam film ini pun dapat tersampaikan. Apakah hal tersebut efektif untuk dilakukan? Jawabannya kembali kepada individu itu masing-masing. Perlu adanya kesepakatan serta komitmen di awal antar sepasang suami istri ketika akan membangun kehidupan rumah tangganya.

REFERENSI :

(Agustina, 2016; Maylafathma, 2022; Putri & Lestari, 2015; Salviana & Soedarwo, 2016)Agustina, W. (2016). Relasi Egaliter Lelaki dan Perempuan dalam Film Ki dan Ka. Lpmarena.Com.

Maylafathma, A. (2022). Bertukar Peran dalam Rumah Tangga, Efektifkah? Kumparan.Com.

Putri, D. P. K., & Lestari, S. (2015). Pembagian peran dalam rumah tangga pada pasangan suami istri Jawa. Jurnal Penelitian Humaniora, 16(1), 72–85. http://journals.ums.ac.id/index.php/humaniora/article/view/1523

Salviana, V., & Soedarwo, D. (2016). Pengertian Gender dan Sosialisasi Gender. Sosiologi, 1(1), 1–32. http://repository.ut.ac.id/4666/1/SOSI4418-M1.pdf