MENELISIK PERAN GENDER DALAM KELUARGA PADA FILM KI & KA

 MENELISIK PERAN GENDER DALAM KELUARGA PADA FILM KI & KA

Oleh: Najlaa Raipasha


    Sejak lahir semua manusia telah mendapatkan kodratnya sebagai laki-laki atau perempuan, itulah yang dinamakan jenis kelamin atau seks. Kemudian perannya sebagai laki-laki atau perempuan akan dibentuk oleh lingkungan, itulah yang dinamakan dari gender yang bisa dibedakan menjadi feminim dan maskulin. Setiap perempuan memiliki sisi porsi feminim dan maskulinnya tersendiri, begitu pula setiap laki-laki memiliki porsi maskulin dan feminimnya tersendiri. Namun, apa jadinya ketika peran tersebut tidak sesuai dengan standar yang dibentuk masyarakat. Hal tersebut dinamakan sebagai bias gender. Bias gender adalah ketidakadilan gender terhadap jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh kecenderungan terhadap sikap/sifat dari jenis kelamin tersebut (Juliana et al., 2019). Ketika seorang perempuan yang memiliki sifat feminism yaitu lemah lembut, emosional, keibuan, afektif, dan irasional dianggap hanya bisa mengurus rumah tangga saja dan diragukan kemampuannya untuk memiliki jabatan dalam pekerjaan. Begitu pula laki-laki yang memiliki sifat maskuin yaitu kuat, rasional, dan tegas dianggap tidak pantas untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, membereskan rumah, dan mengurus anak (Alfirahmi & Ekasari, 2018).

        Dalam film Ki & Ka ini, bercerita tentang Kia seorang wanita yang berambisius untuk menggapai mimpi-mimpinya sebagai wanita karir dan tidak berpikiran untuk menikah karena dirinya berpikir bahwa ketika dia menikah dan punya anak maka semua mimpinya akan gagal. Pemeran utama keduanya adalah Kabir, seorang laki-laki yang terlahir dari keluarga kaya raya tetapi dirinya tidak ingin mengikuti jejak ayahnya sebagai pengusaha dan lebih ingin menjadi seperti ibunya yaitu mengurus rumah tangga. Hal tersebut sangatlah diluar standar yang dibentuk oleh masyarakat. 

        Kemudian Kia dan Kabir memutuskan untuk menikah dan tetap pada keinginannya masing-masing yaitu Kia menjadi wanita karir dan Kabir menjadi bapak rumah tangga dengan segala kesepakatan yang telah mereka buat. Mereka tampak nyaman dan menikmati perannya masing-masing karena hal tersebut sesuai dengan keinginan mereka. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya permasalahan rumah tangga diantara mereka. Hal tersebut berawal ketika Kia masih memikirkan pandangan masyarakat tentang kehidupan rumah tangga yang diluar dari standar masyarakat dengan tidak jujur mengatakan bahwa Kabir adalah seorang bapak rumah tangga. Kabir merasa kecewa dengan Kia karena Kabir sangat bangga dengan apa yang dia lakukan tapi Kia masih merasa gengsi karena pandangan masyarakat pernikah mereka ini aneh. Namun, hal tersebut bisa langsung diatasi oleh Kia, pada akhirnya Kia secara jujur menyatakan bahwa suaminya ini adalah bapak rumah tangga. Ternyata banyak pula yang mengatakan bahwa Kia adalah wanita beruntung karena banyak yang ingin memiliki suami seperti Kabir. 

        Hubungan mereka yang saling mengerti dan saling mendukung ini membawa Kia pada kenaikan jabatannya di kantor, sehingga Kia mulai sibuk dan banyak diundang ke talkshow kemudian Kia diwawancara soal hubungan rumah tangganya. Berawal dari situlah Kabir mulai viral karena kehidupan rumah tangga mereka menuai pro dan kontra. Ada yang bangga dan kagum pada hubungan mereka ada pula yang menganggap hubungan mereka ini aneh karena Kabir dianggap bergantung pada Kia yang seharusnya Kabir yang menafkahi Kia tapi ini sebaliknya. Namun, saat di wawancara ini Kabir masih merasa bangga dan tidak berkecil hati dengan apa anggapan masyarakat pada dirinya. Jawaban Kabir menunjukkan bahwa tidak ada bias gender dalam kehidupan rumah tangganya. Laki-laki yang mengurus rumah tangga bukan berarti menjadi ‘istri’ dan pula wanita berkarir bukan berarti menjadi ‘suami’. Istri tetaplah istri dan suami tetaplah suami, dalam hubungan mereka ini Kia dan Kabir saling melengkapi satu sama lain. Banyak yang kagum dengan jawaban Kabir dan mulai lah Kabir menjadi sibuk dan akhirnya pekerjaan rumahyna mulai tertinggal. Disisi lain, Kia merasa tersaingi dengan karir Kabir sehingga mulai lah puncak konflik di rumah tangga mereka. Kia berkata bahwa pria yang diam di rumah dan tidak bekerja adalah tidak berguna dan seperti binatang. Kabir pun sakit hati dengan perkataan Kia, hingga akhrinya Kia harus pergi ke Amerika untuk pekerjaan dan Kabir memutuskan tidak ikut dengan Kia karena Kabir ingin menjadi lebih berguna mengurus rumah dan ibu mertuanya itu. 

        Padahal, dilihat dari sudut pandang lain, Kia dan Kabir tidak ada yang tidak berguna, keduanya saling melengkapi, ketika Kia sedang bekerja, Kabir mengerjakan pekerjaan rumah, dalam artian Kia tidak perlu lagi membereskan rumah ketika pulang bekerja. Namun, karena Kia sudah dipuncak keiriannya dia mengeluarkan perkataan yang menyinggung Kabir. Dilihat dari hal ini Kia mulai terbawa arus konstruksi masyarakat perihal gender yaitu laki-laki tidak pantas diam di rumah, laki-laki seharusnya bekerja mencari nafkah, sehingga Kia menyebut Kabir tidak berguna. 

       Saat pernikahan mereka di ujung tanduk, Kia membaca pesan yang dikirim oleh Amitabh Bachchan katanya ia sangat bangga pada Kia, karena tidak semua wanita mampu mencintai dan mau menikah dengan laki-laki yang hanya diam di rumah. Banyak wanita yang ingin memiliki suami seperti Kabir. Tanpa Kia, Kabir tidak akan sebahagia ini dan tanpa Kabir, Kia tak akan bebas menjadi wanita karir dan menggapai mimpinya.

        Dari kisah mereka ini, peran gender dalam keluarga sangat penting karena suami perlu memenuhi kewajibannya sebagai suami, begitu pula istri perlu memenuhi kewajibannya sebagai istri. Namun, di film ini kewajiban suami dan istri berbeda dengan umumnya tetapi tetap bisa menjalankan kehidupan rumah tangga gaya hidupnya yang mereka pilih dan sepakati. Selama kehidupan yang mereka pilih telah disepakati dan diterima oleh masing-masing. Maka, tidak perlu lagi harus menyamakan kehidupan rumah tangga dengan standar yang telah dibuat oleh masyarakat. Tidak ada aturan bahwa laki-laki tidak boleh mengurus rumah tangga dan perempuan tidak boleh bekerja. Semuanya setara dan tidak ada yang didiskriminasikan atas kehidupan yang mereka pilih. 


Daftar Pustaka

Alfirahmi, & Ekasari, R. (2018). Kontruksi Realitas Sosial Perempuan Tentang Gender Dalam Pembentukan Karakteristik Anak Terhadap Pemahaman Gender. Mediakom : Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2), 250–262. https://doi.org/10.35760/mkm.2018.v2i2.1896

Juliana, G., Sendratari, L. P., & Maryati, T. (2019). Bias Gender dalam Pendidikan (Studi Kasus Pembelajaran Sosiologi           Kelas XI dan Potensinya sebagai Sumber Belajar Sosiologi di MAN 1 Buleleng). Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha, 1(1), 23–32. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPSU/article/view/26663