Pandangan Sosiologi Keluarga dan Gender terhadap Peran Suami dan Istri dalam Film Ki&Ka

Pandangan Sosiologi Keluarga dan Gender terhadap Peran Suami dan Istri dalam Film Ki&Ka

Oleh: Annisa Fadhilah

    Film Bollywood yang dibintangi oleh Kareena Kapoor dan Arjuna Kapoor ini rilis pada tahun 2016 dengan durasi 2 jam 6 menit. Mengangkat kisah seorang wanita karir yang punya ambisi besar terhadap mimpi-mimpinya sebagai seorang yang kelak dapat menjadi pemimpin perusahaan bernama Kia, ditakdirkan untuk bertemu dengan seorang pria yang lebih muda 3 tahun dibawahnya bernama Kabir. Berbanding terbalik dengan Kia, Kabir justru punya preferensi lain soal mimpi dan ambisi. Kehilangan seorang ibu membuat Kabir ingin menjadi seperti ibunya. Ia melihat bahwa ibunya sebagai ibu rumah tangga adalah suatu hal yang sangat sempurna dan pantas untuk dijadikan panutan baginya. Bertentangan dengan konsep yang dipaparkan oleh Moore tentang suatu jejaring atau jalinan hubungan, relasi peran gender antar anggota keluarga dapat terjalin dengan baik membentuk jejaring. Contohnya, peran suami yang memiliki peran sebagai ayah yang bertanggungjawab atas nafkah keluarga dikaitkan dengan profesinya sebagai pengusaha, guru, dokter, pegawai negeri dan lain-lain yang akan berkaitan pula dengan klien atau peran lain yang berhubungan dengan peran tersebut. Sedangkan kini, seorang ibu juga dapat memainkan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan berprofesi sama seperti suami.

Perbedaan yang sangat signifikan bagi keduanya justru menjadi salah satu alasan Kabir dan Kia dalam melanjutkan hubungan mereka ke pernikahan. Mereka mencoba sesuatu yang baru yakni untuk tidak sejalan dengan budaya masyarakat Asia yang memiliki pengelompokkan tegas perihal peran gender dalam keluarga, utamanya suami dan istri. Peran pencari nafkah yang biasa diperankan oleh pria, kini dibantah oleh Kia dalam film Ki&Ka. Kia yang punya ambisi besar terhadap mimpinya, sibuk bekerja sehingga pekerjaan rumah bukanlah hal yang Kia lakukan. Sebaliknya, Kabir mempersiapkan seluruh keperluan rumah tangga dari mulai memasak, membereskan seluruh bagian di dalam rumah, menyiapkan keperluan Kia bekerja yang mana peran yang sedang dilakukan oleh Kabir adalah peran seorang wanita sebagai ibu rumah tangga pada umumnya, sesuai stigma yang sudah dimaknai oleh masyarakat secara luas. Peran gender memiliki kesulitan dalam pemaknaan dalam sebagian keluarga, hal ini bertabrakan dengan kepentingan yang perlu diperhatikan mengenai peran gender dalam keluarga. Dalam pengimplementasiannya, peran gender dapat mempengaruhi segala perilaku manusia, baik dalam memilih pekerjaan, tempat tinggal, pasangan dan pola asuh yang akan digunakan dalam mendidik anak. 

Film Ki&Ka ini mengangkat isu yang sangat menarik, permasalahan rumah tangga yang muncul akibat kesepakatan memakai peran yang berbeda dalam rumah tangga justru jadi pelengkap dan pemanis alur cerita. Dapat dilihat bahwa mencoba sesuatu yang berbeda dari kebanyakan mayoritas orang ternyata adalah suatu hal yang tidak mudah. Kemampuan pasangan suami-istri untuk tegap pada pendirian dan komitmen di awal seakan diuji dengan asumsi-asumsi orang-orang disekitar mereka. Kemudian, adanya perasaan saling iri ketika pasangan memiliki pencapaian yang lebih dari dirinya sendiri adalah salah satu bentuk ketidakterimaan diri terhadap komitmen yang sudah dibangun oleh satu sama lain. Dukungan moral, mental dan fisik sangat dibutuhkan dalam rumah tangga. Selain itu, sejalan dengan pendapat Schulz, ia menyatakan bahwasanya proses setiap manusia dalam belajar dan menerima suatu peran yang disebut sosialisasi ini akan berjalan dengan baik apabila didorong dengan cara memotivasi perilaku yang diinginkan sesuai dengan tujuan atau kurang mendorong atau bahkan melarang perilaku yang tidak diinginkan (Einführung in die Soziologie, Vienna 1989, p. 288 dalam Puspitawati, H., & Manusia, K. F. E : 2014). Sehingga kurangnya sosialisasi peran gender dalam keluarga, dapat menjadi salah satu alasan terjadinya permasalahan yang dialami Kabir dan Kia. 

Dalam film ini, ada sudut pandang yang menarik, Kia dapat masuk ke dalam kategori Alpha Woman. Alpha Woman dikenal sebagai sosok perempuan yang ambisius, dihormati, dikagumi, pekerja keras, berprestasi dan cenderung disegani oleh orang lain. Ada satu kategori yang cocok untuk Kia yaitu kategori “Alpha Worker”, dalam kategori Alpha Woman, mereka menjadikan karir sebagai hal yang utama dan dianggap penting karena memiliki manfaat baik dari segi ilmu dalam pengenalan fungsi penting operasional di perusahaan. Hal ini menyebabkan terkadang perempuan dengan kategori Alpha Worker cenderung menjadikan pasangan mereka sebagai tantangan serta hambatan yang cukup besar.  

Dikutip dalam ChildTrends, keadaan anggota keluarga di Asia memiliki tingkat kepuasan yang rendah, kemudian kesepakatan dalam pembagian tugas-tugas rumah tangga pun terbilang jelas, ada tingkatan yang tinggi dalam kebiasaan frekuensi makan bersama yang teratur, namun disisi lain memiliki rendahnya tingkat diskusi dalam bidang sosial dan politik. Hal ini juga satu arah dengan perilaku orang dewasa di Asia yang menyuarakan rendahnya tingkat dukungan terhadap ibu tunggal dan percaya bahwa anak-anak akan bahagia jika dibesarkan oleh ibu dan ayah. Namun, mayoritas orang dewasa juga mendukung seorang ibu untuk bekerja dikarenakan kebutuhan finansial yang kurang mencukupi keluarga.

Adanya kekurangan dalam keselarasan kebutuhan keluarga menyebabkan ketimpangan-ketimpangan yang terjadi apabila tidak ditekankan terhadap kesepakatan bersama dan juga kebudayaan yang dianut. Bagi sebagian besar masyarakat, ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya sehingga diperlukan peran ibu yang erat di rumah dalam mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga. Sedangkan, ketika dalam keluarga terjadi kekurangan dalam segi finansial, maka sebagian besar masyarakat pun mendukung ibu untuk melakukan pekerjaan di luar rumah.

Kaitan pandangan mengenai keluarga dalam budaya Timur atau Asia dengan film Ki&Ka, kesimpulan yang dapat diambil adalah peran seorang perempuan tidak dapat diambil sepenuhnya oleh laki-laki, dan begitupula sebaliknya. Permasalahan yang muncul dalam rumah tangga Kabir dan Kia salah satunya didukung oleh stigma mengenai pembagian kerja dalam rumah tangga antara suami dan istri. Masalah yang muncul dalam keluarga karir ganda juga menjadi salah satu adanya ideologi gender dalam masyarakat, terutama yang berkaitan dengan stereotipe kerja (gender stereotype of work) dan pembagian kerja gender (gender distribution of labor) (Nohong, 2009: 27). Kemudian, perlu adanya kesepakatan dan komitmen sejak awal sebelum mengambil keputusan membangun keluarga yang menentang kebudayaan atau stigma masyarakat adalah hal yang penting untuk dilakukan demi mempertahankan rumah tangga yang baik. Kabir dan Kia mampu mengatasi segala permasalahan ketimpangan dalam keluarga setelah mampu memahami konsekuensi serta berkomitmen dalam menjalankan peran masing-masing yang sudah disepakati sejak awal.







Referensi

Puspitawati, H., & Manusia, K. F. E. (2014). Fungsi Keluarga, Pembagian Peran dan Kemitraan Gender dalam Keluarga. Tersedia: http:/ikk. fema. ipb. ac. id/v2/images/karyailmiah/kemitraan_gender. pdf, Diakses pada1.

Rahmawati, A. (2016). Harmoni dalam Keluarga Perempuan Karir: Upaya Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Keluarga. Palastren: Jurnal Studi Gender8(1), 1-34.

Sumarni, N., Lestari, A. D., Rivani, R., Irwandi, N. D., & Komalasari, S. (2023). The Alpha Girl’s Guide: Panduan Calon Perempuan Hebat. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan1(01), 240-247.

https://www.childtrends.org/blog/what-sets-families-in-asia-apart