Dosa

 

Dosa 

Ketidakmampuanku menuliskan setiap irama tubuh dan getaran suaranya,

adalah kebodohan abadiku selama menjadi seorang pemain kosa kata 

Entah dia menghilangkan ide-ide puitis dalam isi kepalaku

Atau, sebenarnya aku tak sadar bahwa bahkan sosoknya tak mampu ku cintai apa adanya?

 

Tapi, manusia mana yang tak bisa ku gambarkan dengan penuh cinta dalam bahasa tubuh hangatku ini?

Atau, ternyata mungkin saja memang ia yang ternyata tidak se-istimewa itu?

 

Namun, ketidakadaannya di dekatku adalah pilu mematikan

Panglima perang tren kota Bandung itu yang bilang ‘Rindu itu berat, biar aku saja’

Mungkin jadi implementasi rayuan paling manis saat jatuh cinta

Siapa sangka bagiku kalimat itu justru membingungkan, bahkan untuk seseorang yang gemar bersajak

 

Jadi, bagaimana kelanjutan bahasa tubuhku menyampaikan rasa cinta ini?

Dosa kah aku dengan ketidakmampuanku mencintainya dengan caraku?

Terlalu banyak kemungkinan yang tak pasti

Sampai ku pikir.. Mungkin ini hanyalah obsesi