Lebih Baik Tangan Diatas ?

Disetiap sudut kota kita bisa menemukan pengemis dengan mudah. Bahkan jumlah pengemis di kota-kota besar meningkat setiap tahunnya. Tidak sedikit orang yang beralih profesi menjadi pengemis sebagai sumber penghasilan mereka. Tak hanya penyandang cacat, sekarang banyak anak kecil, ibu-ibu bahkan remaja yang menjadi pengemis. Dengan bermodalkan berpakaian kumal dan menadahkan tangan kepada orang-orang yang melewatinya. Tidak sedikit orang yang merasa iba dan rela memberikan sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada pengemis.

Pengemis memberikan dampak negatif pada Negara ini, selain mereka menganggu ketertiban jalan mereka juga yang memberikan pandangan rendah terhadap Negara ini. Dari sudut perbuatan mengemis merupakan perbuatan yang tercela, karena membuat mereka menjadi malas bekerja tanpa mau berusaha untuk mendapatkan rejeki.

Bagaimana menghadapi pengemis? Memberikan uang atau mengabaikan? Apakah kita harus memberikan uang kepada mereka? Apakah dengan memberikan uang akan memperbaiki kehidupan mereka?

Mari kita menghitung! satu saja seorang pengemis mengemis 10 jam dalam sehari. Dalam satu jam terdapat 20 orang yang memberikan uang kepada pengemis tersebut, masing-masing orang memberikan uang Rp.500. Dalam sehari pengemis tersebut bisa menghasilkan seratus ribu rupiah, jika diakumulasikan dalam sebulan, pengemis tersebut berpenghasilan Rp. 3.000.000. Angka tersebut sangat besar jika dibandingkan bekerja di sebuah perusahaan dengan upah minimum Rp. 1.800.000 dalam sebulan. Tentu saja mereka akan memilih bekerja santai tapi berpenghasilan tinggi dibandingkan bekerja keras berpenghasilan rendah.

Tanpa disadari, niat baik kita memberikan uang ternyata berdampak negatif.

Selain membuat orang-orang malas untuk berusaha, memberi uang kepada pengemis khususnya anak-anak akan memberikan konsekuensi yang buruk, makin besar uang yang diterima anak-anak itu makin kecil keinginan mereka untuk melanjutkan sekolah. Lagipula, belum tentu uang yang mereka dapat akan digunakan sendiri. Bisa jadi uang tersebut diserahkan kepada orang tuanya atau disetorkan kepada kepala sindikat pengemis. Lebih parahnya mereka akan terbiasa meminta-minta dan membentuk mentalitas yang buruk. (Nur Octavicani, Anggota JMPS)