MUHAMAD IQBAL: KONDISI PAHLAWAN SAAT INI

(oleh: Mila Irawati)
Terkadang orang mengimanjinasikan hari pahlawan itu dengan mengenang pahlawan-pahlawan revolusi seperti Kihajar Dewantara, Bung hatta dan lain-lain. Itu penting, tapi ada hal lain yang lebih penting dan harus diingat bahwa kita harus memunculkan aktor-aktor pahlawan lokal, nasional
dan regional sehingga ada figur-figur sentral yang dianggap sebagai pahlawan walaupun sifatnya kecil, karena inti dari pahlawan itu adalah seseorang yang mau mengorbankan kepentingannya untuk negara bahkan melupakan kepentingan dirinya, sehingga ia dapat dikenang oleh semua orang.

Hari Pahlawan saat ini hanya sebatas memperingati dalam bentuk acara formal, bentuk formalnya itu hanya dalam bentuk moment-moment tertentu saja, tidak kemudian  moment tersebut bisa diteladani dalam kehidupan sehari-hari, karena secara teoritis orang itu mencari kesenangan dirinya kemudian terlena akan kemewahan dan melupakan  hakikat dirinya sebagai manusia, sedangkan pahlawan tidak berlaku seperti itu, bagaimana kita merubah sikap-sikap yang tadinya terlena dalam kemewahan menjadi sikap-sikap yang peduli atau berani mengorbankan untuk kepentingan umum yaitu tadi secara praktisnya kita harus munculkan sosok-sosok tersebut. Misalnya di sosiologi terdapat  tokoh teladan yang memperhatikan kesejahteraan mahasiswa, memperjuangkan studi mahasiswa sampai registrasi ulang, maka kita harus menghargai bahwa dia seorang mahasiswa yang kita teladani karena dia ada dihadapan kita semua begitu pula dengan dosennya dan pemimpin-pemimpinnya.
Muhamad Iqbal, dosen dari PIPS yang juga mengajar Sosiologi Politik di Prodi Pendidikan Sosiologi berpendapat bahwa kita saat ini miskin figur pahlawan, untuk itu kita harus memunculkannya, bukan nanti atau besok lusa! Akan tetapi kita harus memunculkannya berawal dari diri sendiri, ruh kepahlawanan itu tetap hidup dalam lingkungan kampus maupun masyarakat, itu yang dikenal dengan istilah living feel you. Esensi hari pahlawan adalah:
1.      Sebagai moment mengingat  jasa orang tua kita atas kemerdekaaan yang telah diperoleh
2.      Kita harus tau arah perjuangan orang tua kita itu untuk apa, sehingga kita tidak kehilangan arah
Sehingga kita tidak kehilangan arah dengan kemewahan atau kemenangan kapitalisme saat ini, disatu sisi sebagai moment akan jasa pahlawan dan tidak kehilangan arah perjuangan itu mau kemana. Sehingga ruhnya akan mengalami estafet nilai yang tidak pernah putus atau kita kenal dengan istilah regenerasi, regenerasi disini tidak hanya secara genetik tapi secara nilai perjuangaan itu sendiri.
Hal yang dilakukan pemuda jelas untuk kepentingan diri, keluarga, masyarakat, bangsa negara. Mahasiswa kuliah memperoleh ilmu itu harus diabdikan kepada masyarakat dan bangsa sehingga tidak ada lagi istilah mengemis akan pendidikan dan ekonomi, karena orang yang sudah mapan dan berilmu pasti mau berbagi kepada masyarakat yang lain.
Hari pahlawan pemuda saat ini kecenderungannya lebih pada proses imitasi, terjebak pada euphoria tapi kehilangan esensi. Seperti halnya cabe-cabean ternyata itu merupakan perempuan yang senang dengan balap-balapan/suka ganti pasangan dan itu dijadikan trendy, terjebak dengan perfilman yang berbau barat seperti Mahabarata atau film percintaan GGS, padahal secara nilai, mana sih nilai etnopedagogiknya yang diambil dari nilai-nilai lokal masyarakat Indonesia yang harus kita gali, kembangkan dan lestarikan?
 Beliau berkata: Saya bersyukur ketika ulang tahun UPI yang kemaren itu merupakan proses regenerasi yang dicetuskan oleh pak rektor dan jajarannya dimana kita mengangkat nilai-nilai lokal atau tradisi lokal untuk dikenalkan kepada mahasiswa, karena itu memiliki makna ini loh yang harus kita pertahankan dan perjuangkan juga perbaiki, karena sehebat apapun ketika fans beratnya film Korea dan Mahabarata kita bukanlah siapa-siapa dimata mereka tapi kalau kemudian kita mengangkat nilai dan tradisi lokal sebagi wujud perjuangan kita dalam bentuk kesenian dan budaya kita akan jauh lebih dihargai dan kita bisa dikatakan sebagai generasi yang memiliki identitas bangsa bukan generasi yang kehilangan identitas bangsa”.
Cikal bakal pahlawan pemuda saat ini ada didalam masyarakat, saya melihat dari para aktivis mahasiswa yang mencoba menjaga dua hal yaitu intelektual dan moral yang dimiliki mahasiswa.
Ketika kita iba dengan penderitaan masyarakat, iba dengan nasib pendidikan masyarakat, kemudian kita mengkombinasikan dengan kekuatan intelektual yang dimiliki mahasiwa itu bisa menjadi daya dorong dan penguat untuk perubahan bangsa, yakin dengan prinsip yang beliau pegang bahwa apanpun dan dimanapun yang namanya aktivis-aktivis  pembaharuan atau memperjuangkan kepentingan masyarakat atau nasib bangsa negara ini pasti akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan zamannya, beliau tidak khawatir kita kehilangan generasi muda karena itu akan lahir dengan sendirinya dengan kondisi yang berbeda-beda dan kita tidak berharap akan banyak karena itu hanya beberapa orang, seperti halnya kurva normal dan beberapa orang itu lah yang akan merubah banyak orang karena yang kita cari bukanlah kayu tetapi yang kita cari adalah halilintar, halilintar itu merupakan mahasiswa yang pro terhadap perubahan/pembangunan/kemajuan bangsa dan negara.
Belajar bersama bagaimana hasrat dan perjuangan para pahlawan zaman dulu untuk memajukan republik ini, bukan berarti diantara kita ada konflik kemudian terpecah belah. Seperti halnya sikap Prabowo yang mengakui kekalahan dan tolak MK (Mahkamah Konstitusi) atas gugatan pemilu 2014 dan kemudian dia menghadiri pelantikan Jokowi, bukankah itu sikap seorang negarawan?
Mari kita sebagai masyarakat dikalangan menengah kebawah memperbaiki bersama-sama tapi para elitpun juga memberikan contoh kepada mahasiswa dosen dan guru serta masyarakat untuk berperilaku seorang negarawan bukan berperilaku seperti halnya politikus karena kita sudah terlalu penat akan hal itu.
Begitupun mahasiswa, keragaman mahasiswa lah yang membuat beragam kepentingan berkembang dikalangan kampus. Tapi tolong tanya pada hati nurani benarkah kita memperjuangkan masyarakat? Untuk itu jangan sampai kita terpecah dikalangan mahasiswa itu sendiri.
Jadi, sebenarnya nilai kepahlawanan bisa kita pelajari dari kalangan elit, orang yang diidolakan atau perilaku politik yang kita lakukan sehari-hari dikampus, untuk ada harmonis sosial yang dibungkus dengan tali kebersamaan untuk saling bahu membahu sehingga bangsa ini akan menjadi jauh lebih maju.
Jika melihat fenomena itu terkadang bisa merefleksikan diri kenapa ya orang Indonesia masih suka dengan teori politik adu domba? Karena itu membuat orang lain senang dan juga akan membuat kekayaan harga bangsa Indonesia itu sendiri jangan sampai kemudian menjadi ayam yang mati diatas punuk padi, karena padi yang mau kita makan itu sudah miliki negara lain, hal itu ironis sekali bukan?
Sebaiknya mahasiswa selain memperingati hari pahlawan secara formal ada hal-hal yang bermanfaat yang seharusnya dilakukan karena yang lebih penting bukan kegiatan yang sifatnya insindental untuk memperingati hari pahlawan tapi lebih kepada mahasiswa yang living feel you.
Nilai yang harus ditanamkan dari beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari yaitu bangsa yang mau menjadi negara maju tapi coba kita lihat produktivitas kita, karena jika dilihat masih banyak mahasiwa yang suka nongkrong menghabiskan waktu begitu saja, minum kopi dan merokok. Apakah itu kepahlawanan?
Nilai kepahlawanan itu akan muncul dan akan berkontribusi signifikan bukan secara insindental tapi secara continue dan konsisten dalam lingkupan perilaku sehari-hari untuk itu  mari kita saling mengingatkan bukan saling menghujat.
Beliau berpesan untuk mahasiswa, “Jangan banyak mikir, kalau sekiranya kegiatan mahsiswa itu penting, maka ikuti dan kalau Anda sudah terjebak kedalam kegiatan yang kurang baik manfaatnya, maka tinggalkan dan yang terakhir jelaskan orientasi Anda mau apa? Apakah mau menjadi mahasiswa aktivis/akademis atau keduanya. Alangkah lebih baik jika keduanya yaitu akademik dan aktivis. Artinya dia mapan secara manajemen keorganisasian karena banyak hal yang kita urus di kemudian hari setelah kita lulus, ketika kita bisa mengurus orang lain maka harus ada tuntunan ilmu  agar kita tidak salah urus. Maka jadilah mahasiswa pembaharu yang berbasis kepada pengalaman aktivis di organisasi atau pengalaman akademik yang mumpuni melaui program-program yang disediakan oleh kampus seperti membuat PKM, ikut debat mahasiswa berprestasi dan lain-lain.
Semoga semua mahasiswa dapat merefleksikan diri menjadi orang yang bermanfaat bagi keluarga nusa dan bangsa dan di mata dunia. Aamiin ….