Terkadang
orang mengimanjinasikan hari pahlawan itu
dengan mengenang pahlawan-pahlawan revolusi seperti Kihajar Dewantara, Bung
hatta dan lain-lain. Itu penting,
tapi ada hal lain yang lebih penting dan harus diingat bahwa kita
harus memunculkan aktor-aktor pahlawan lokal, nasional
dan regional sehingga ada
figur-figur sentral
yang dianggap sebagai pahlawan walaupun sifatnya kecil, karena inti dari pahlawan itu
adalah seseorang yang mau mengorbankan kepentingannya untuk negara bahkan
melupakan kepentingan dirinya, sehingga ia dapat dikenang oleh semua orang.
Hari Pahlawan
saat ini hanya sebatas memperingati dalam bentuk acara formal, bentuk formalnya
itu hanya dalam bentuk moment-moment tertentu saja, tidak kemudian moment tersebut bisa diteladani dalam
kehidupan sehari-hari, karena secara teoritis orang itu mencari kesenangan
dirinya kemudian terlena akan kemewahan dan melupakan hakikat dirinya sebagai manusia, sedangkan pahlawan
tidak berlaku seperti itu, bagaimana kita merubah sikap-sikap yang tadinya
terlena dalam kemewahan menjadi sikap-sikap yang peduli atau berani
mengorbankan untuk kepentingan umum yaitu tadi secara praktisnya kita harus
munculkan sosok-sosok tersebut. Misalnya di sosiologi terdapat tokoh teladan yang memperhatikan kesejahteraan
mahasiswa, memperjuangkan studi mahasiswa sampai registrasi ulang, maka kita
harus menghargai bahwa dia seorang mahasiswa yang kita teladani karena dia ada
dihadapan kita semua begitu pula dengan dosennya dan pemimpin-pemimpinnya.
Muhamad Iqbal,
dosen dari PIPS yang juga mengajar Sosiologi Politik di Prodi Pendidikan
Sosiologi berpendapat bahwa kita saat ini miskin figur pahlawan, untuk itu kita
harus memunculkannya, bukan nanti atau besok lusa! Akan tetapi kita harus memunculkannya berawal
dari diri sendiri, ruh kepahlawanan itu tetap hidup dalam lingkungan kampus
maupun masyarakat, itu yang dikenal dengan istilah living feel you.
Esensi hari pahlawan adalah:
1. Sebagai
moment mengingat jasa orang tua kita
atas kemerdekaaan yang telah diperoleh
2. Kita
harus tau arah perjuangan orang tua kita itu untuk apa, sehingga kita tidak kehilangan arah
Sehingga kita
tidak kehilangan arah dengan kemewahan atau kemenangan kapitalisme saat ini, disatu
sisi sebagai moment akan jasa pahlawan dan tidak kehilangan arah perjuangan itu
mau kemana. Sehingga ruhnya akan mengalami estafet nilai yang tidak pernah
putus atau kita kenal dengan istilah regenerasi, regenerasi disini tidak hanya
secara genetik tapi secara
nilai perjuangaan itu sendiri.
Hal
yang dilakukan pemuda jelas untuk kepentingan diri,
keluarga, masyarakat, bangsa negara. Mahasiswa kuliah memperoleh ilmu itu harus
diabdikan kepada masyarakat dan bangsa sehingga tidak ada lagi istilah mengemis
akan pendidikan dan ekonomi, karena orang yang sudah mapan dan berilmu pasti mau
berbagi kepada masyarakat yang lain.
Hari
pahlawan pemuda saat ini kecenderungannya lebih pada proses imitasi, terjebak
pada euphoria tapi kehilangan esensi.
Seperti halnya cabe-cabean ternyata itu merupakan perempuan yang senang
dengan balap-balapan/suka ganti pasangan dan itu dijadikan trendy, terjebak dengan perfilman yang berbau barat seperti Mahabarata
atau film percintaan GGS, padahal secara nilai, mana sih nilai
etnopedagogiknya yang diambil dari nilai-nilai lokal masyarakat Indonesia yang
harus kita gali, kembangkan dan lestarikan?
Beliau
berkata: “Saya bersyukur ketika ulang tahun
UPI yang kemaren itu merupakan proses regenerasi yang dicetuskan oleh pak rektor
dan jajarannya dimana kita mengangkat nilai-nilai lokal atau tradisi lokal untuk
dikenalkan kepada mahasiswa, karena itu memiliki makna ini loh yang harus kita
pertahankan dan perjuangkan juga perbaiki, karena sehebat apapun ketika fans
beratnya film Korea
dan Mahabarata
kita bukanlah siapa-siapa dimata mereka tapi kalau kemudian kita mengangkat
nilai dan tradisi lokal sebagi wujud perjuangan kita dalam bentuk kesenian dan
budaya kita akan jauh lebih dihargai dan kita bisa dikatakan sebagai generasi yang
memiliki identitas bangsa bukan generasi yang kehilangan identitas bangsa”.
Cikal
bakal pahlawan pemuda saat ini ada didalam masyarakat, saya melihat dari para
aktivis mahasiswa yang mencoba menjaga dua hal yaitu intelektual dan moral yang
dimiliki mahasiswa.
Ketika kita iba
dengan penderitaan masyarakat, iba dengan nasib pendidikan masyarakat, kemudian
kita mengkombinasikan dengan kekuatan intelektual yang dimiliki mahasiwa itu
bisa menjadi daya dorong dan penguat untuk perubahan bangsa, yakin dengan prinsip
yang beliau pegang bahwa apanpun dan dimanapun yang namanya
aktivis-aktivis pembaharuan atau
memperjuangkan kepentingan masyarakat atau nasib bangsa negara ini pasti akan
tumbuh dan berkembang sesuai dengan zamannya, beliau tidak khawatir kita kehilangan
generasi muda karena itu akan lahir dengan sendirinya dengan kondisi yang
berbeda-beda dan kita tidak berharap akan banyak karena itu hanya beberapa
orang, seperti halnya kurva normal dan beberapa orang itu lah yang akan merubah
banyak orang karena yang kita cari bukanlah kayu tetapi yang kita cari adalah
halilintar, halilintar itu merupakan mahasiswa yang pro terhadap
perubahan/pembangunan/kemajuan bangsa dan negara.
Belajar bersama
bagaimana hasrat dan perjuangan para pahlawan zaman dulu untuk memajukan
republik ini, bukan berarti diantara kita ada konflik kemudian terpecah belah.
Seperti halnya sikap Prabowo yang mengakui kekalahan dan tolak MK (Mahkamah
Konstitusi) atas gugatan pemilu 2014 dan kemudian dia menghadiri pelantikan Jokowi,
bukankah itu sikap seorang negarawan?
Mari kita sebagai
masyarakat dikalangan menengah kebawah memperbaiki bersama-sama tapi para
elitpun juga memberikan contoh kepada mahasiswa dosen dan guru serta masyarakat
untuk berperilaku seorang negarawan bukan berperilaku seperti halnya politikus
karena kita sudah terlalu penat akan hal itu.
Begitupun
mahasiswa, keragaman mahasiswa
lah
yang membuat beragam kepentingan berkembang dikalangan kampus. Tapi tolong
tanya pada hati nurani benarkah kita memperjuangkan masyarakat? Untuk itu
jangan sampai kita terpecah dikalangan mahasiswa itu sendiri.
Jadi, sebenarnya nilai
kepahlawanan bisa kita pelajari dari kalangan elit, orang yang diidolakan atau
perilaku politik yang kita lakukan sehari-hari dikampus, untuk ada harmonis
sosial yang dibungkus dengan tali kebersamaan untuk saling bahu membahu sehingga
bangsa ini akan menjadi jauh lebih maju.
Jika melihat
fenomena itu terkadang bisa merefleksikan diri kenapa ya orang Indonesia masih
suka dengan teori politik adu domba? Karena itu membuat orang lain senang dan
juga akan membuat kekayaan harga bangsa Indonesia itu sendiri jangan sampai
kemudian menjadi ayam yang mati diatas punuk padi, karena padi yang mau kita makan
itu sudah miliki negara lain, hal itu ironis sekali bukan?
Sebaiknya
mahasiswa selain memperingati hari pahlawan secara formal ada hal-hal yang
bermanfaat yang seharusnya dilakukan karena yang lebih penting bukan kegiatan
yang sifatnya insindental untuk memperingati hari pahlawan tapi lebih kepada mahasiswa yang living
feel you.
Nilai yang harus
ditanamkan dari beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari yaitu bangsa yang mau
menjadi negara maju tapi coba kita lihat produktivitas kita, karena jika
dilihat masih banyak mahasiwa yang suka nongkrong menghabiskan waktu
begitu saja, minum kopi dan merokok. Apakah itu kepahlawanan?
Nilai kepahlawanan itu akan muncul dan
akan berkontribusi signifikan bukan secara insindental tapi secara continue
dan konsisten dalam lingkupan perilaku sehari-hari untuk itu mari kita saling mengingatkan bukan saling
menghujat.
Beliau
berpesan untuk mahasiswa, “Jangan banyak mikir, kalau sekiranya
kegiatan mahsiswa itu penting, maka ikuti dan kalau Anda sudah terjebak
kedalam kegiatan yang kurang baik manfaatnya, maka tinggalkan dan yang terakhir
jelaskan orientasi Anda mau apa? Apakah mau
menjadi mahasiswa aktivis/akademis atau keduanya. Alangkah lebih baik jika
keduanya yaitu akademik dan aktivis. Artinya dia mapan secara manajemen
keorganisasian karena banyak hal yang kita urus di kemudian hari setelah kita
lulus, ketika kita bisa mengurus orang lain maka harus ada tuntunan ilmu agar kita tidak salah urus. Maka jadilah
mahasiswa pembaharu yang berbasis kepada pengalaman aktivis di organisasi atau
pengalaman akademik yang mumpuni melaui program-program yang disediakan oleh
kampus seperti membuat PKM,
ikut debat mahasiswa berprestasi dan lain-lain.”
Semoga semua
mahasiswa dapat merefleksikan diri menjadi orang yang bermanfaat bagi keluarga
nusa dan bangsa dan di mata
dunia. Aamiin ….