KRISIS IDENTITAS MAHASISWA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI




oleh: Eva Syarifah 

Salah satu identitas mahasiswa adalah sebagai kaum intelektual. Dimana mahasiswa adalah manusia yang berada dalam ruang lingkup ilmiah. Dan salah satu kegiatan ilmiah mahasiswa yaitu menulis, maka dari itu kegiatan menulis merupakan salah satu identitas seorang akademisi. Sejalan dengan tridharma perguruan tinggi yaitu akademisi, organisatoris, dan pengabdian pada masyarakat.
Namun melihat fenomena sekarang,Mahasiswa seakan kehilangan jati dirinya, hal ini ditunjukkan dengan kasus- kasus kriminal yang banyak melibatkan mahasiswa. Seperti pemerkosaan, narkoba, tawuran dan lain-lain.dan fakta lain yang menujukkan mahasiswa telah mengalami krisis identitas yaiturendahnya budaya menulis dikalangan mahasiswa tersebut. Sehingga mahasiswa kini telah mengalami krisis identitas.
Krisis identitas adalah keadaan yang mengkhawatirkan mengenai jati diri pemuda indonesia. Jati diri disini dapat berarti pola berpikir, gaya hidup, dan lain-lain. Sebagai seorang mahasiswa, mereka memiliki sebuah status dan peranan yang mana sebagai mahasiswa, mereka harus bertanggung jawab atas status dan peranannya dan menjalankan peranannya tersebut.
Adanya perubahan sosial dan pergeseran status dan peranan mahasiswa yaitu yang disebut dengan krisis identitas mahasiswa. salah satu penyebabnya adalah arus globalisasi dan modernitas. Sesuai dengan pernyataan dari Herbert Marcuse dalam bukunya Manusia Satu Dimensi (Tilaar, 2012) menuliskan: pengaruh-pengaruh modernitas, teknologi komunikasi, konsumerisme, berbagai bentuk totalitarisme, telah merangsek ke dalam kesadaran dan telah mematikan suara-suara kritis di dalam aku. Kalimat tersebut menegaskan bahwa pengaruh negatif dan modernisasi berdampak pada pengaruh pola pikir individu masa kini. Mahasiswa masa kini cenderung aktif dalam aktifitas kegiatan di luar atau kegiatan non-akademis. Mereka lebih senang menyibukkan diri untuk kepentingan pribadinya seperti cinta, hedonisme dan having fun lainnya, dibandingkan melakukan diskusi-diskusi ilmiah dan aktivitas keilmuan seperti menulis.
Rendahnya budaya menulis dikalangan mahasiswa ini terbukti dari sedikitnya partisispasi mahasiswa dalam acara-acara menulis seperti PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) dan lomba-lomba KTI lainnya. Contoh pada tahun 2014dari ribuan mahasiswa UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) yang mengikuti PKM tidak lebih dari 300 orang dan dari kelima bidang PKM yaitu PKM- Karsa Cipta, PKM- Pengabdian Pada Masyarakat, PKM- Penelitian, PKM- Kewirausahaan, dan PKM- Penerapan Teknologi yang diajukan hanya 70 judul PKM saja yang di danai oleh DIKTI.
Dari data teresbut jelas bahwa kesadaran kritis mahasiswa masih sangat kurang. Jika dikaitkan dengan kehidupan abad 21. Kehidupan abad 21 adalah abad yang kompetitif dimana bukan hanya orang-orang pintar yang bisa bertahan tapi orang-orang yang kreatif. Dengan itu, maka klasifikasi kreatif tidak hanya mengacu pada seni saja. Tapi juga menulis dapat diklasifikasikan sebagai salah satu kreatifitas ilmiah dari seorang mahasiswa. Maka dari itu mahasiswa sekarang dituntut kesadaran akan status dan peranan meraka sebagai mahasiswa. Sadar akan tanggung jawab sebagai kaum intelektual dengan segala tugasnya yang bersifat ilmiah.Untuk menunjang semua itu, maka mahasiswa harus mencari lingkungan akademis yaitu lingkungan yang ilmiah dan  membuat atau membuka forum- forum diskusi ilmu.
Berdasarkan paparan diatas jelaslah bahwa mahasiswa harus memiliki identitas yang kuat yaitu memiliki karakter dan moral sebagai cerminan dari seorang mahasiswa ideal. Mampu menyuarakan suara-suara kritisnya dalam hal apapun dengan selalu berasaskan kebenaran dan keadilan. Jangan sampai mahasiswa kini yang notabene adalah seorang pemuda pemegang tonggak keberhasilan suatu bangsa dan negara mengalami krisis identitas.
Sumber:
Tilaar, H.A.R. 2012. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.