Langkah
Nyata Mahasiswa Muslim
Oleh : Siti Nur Fatimah
Tidakkah kita mengingat sebuah hadits Rasulullah Saw.
yang di riwayatkan oleh Ahmad dan di sahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani tentang
5 fase kehidupan dan kepemimpinan di dalam Islam, dimana fase-fase itu adalah :Fase
kenabian, Fase Kekhilafahan ‘ala Minhaj al-Nubuwwah “Khulafaur Rasyidin”, Fase
Raja menggigit, Fase Raja Diktator, dan Fase Kekhilafahan ‘ala Minhaj
al-Nubuwwah.
Dari beberapa sumber dan beberapa keterangan yang saya
dapatkan, bahwa zaman yang sekarang kita alami adalah fase ke 4, yakni dimana
kepemimpinan di pegang oleh Raja Diktator. Beberapa orang mungkin akan
mengatakan inilah sebabnya kini umat Islam mengalami masa kemunduran, karena
sudah menjadi asal muasal dan takdir Illahi bahwasanya di dalam fase kehidupan
akan kita alami masa-masa kemunduran Islam di tangan raja-raja yang di diktator.
Mungkinkah
kita akan berpsarah takdir pada Illahi atas keadaan yang kita alami sekarang? Lantas berdiam diri karena meyakini bahwa kita tidak
mungkin mengubah takdir yang telah Allah goreskan sebagai sebuah prediksi
nubuwwah?Inilah geretakan hati dan pertanyaan besar yang mesti kita tekankan
pada dasar jiwa sebagai seorang generasi Islam yang memegang amanah untuk
kejayaan kembali agamanya.
Kebenaran Prediksi Nubuwwah
Pada kenyataan, memang benar apa yang di sampaikan
Rasūlullah pada hadits tersebut, 3 fase yang di sebutkan di atas memang telah
terjadi pada masa sebelumnya, yakni pada masa Rasūlullah SAW (fase 1), masa
Khulafaur Rasyidin (fase 2) dan pada masa dinasti-dinasti (Dinasti Ummayah,
Abasiyah hingga Turki Ustmani), bahkan pada hari ini pun prediksi nubuwwah pada
fase ke empat telah terjadi. Lalu kapankah akan terjadi fase ke
lima dimana kepemimpinan akan kembali ke tangan khalifah yang memegang teguh
Al-Qur’an dan As-Sunnah?.
Potensi Mahasiswa
Mahasiswa Muslim yang di pandang sebagai remaja
berpendidikan, menjadi sebuah titik terang bagi umat Muslim umumnya untuk dapat
memperbaiki keadaan umat Islam pada saat ini. Mahasiswa
memiliki modal yang sangat besar untuk dapat memajukan kembali sela-sela dakwah
Islam yang mulai meredup. Saya berani mengatakan demikian, karena pada
kenyataanya seorang mahasiswa Muslim sebenarnya memiliki satu kriteria lebih di
banding sekedar masyarakat secara umumnya, yakni selain ia memiliki semangat
yang tinggi, ia pun memiliki ilmu dan potensi yang luar biasa dalam meluapkan
semangatnya. Jika saya dapat simpulkan, potensi mahasiswa Muslim yang dapat
menjadi tonggak perjuangan Islam pada masa ini adalah karena mahasiswa Muslim memiliki
ilmu yang dapat terus di kembangkan di dalam pembelajaran formal, memiliki jaringan yang dapat mempermudah
penguatan agama Islam, memiliki
talenta dan daya fikir yang kuat,
di
percayai masyarakat sebagai jalan penyampaian aspirasi tanpa terlibat
kepentingan apapun, tidak
pro terhadap politik yang kotor (salah satu ajaran Islam yang di terapkan dalam
kehidupan sosial), banyak
melangkah dari pada sekedar teori,
dan inspiratif berdasar pemikiran atau karya tertulis.
Saat Egois Menjadi
Harus
Jika
melihat dewasa ini, globalisasi dan modernisasi sedikit banyak telah merubah pemikiran-pemikiran
umat Islam khususnya para remaja dan para mahasiswa yang seharusnya menjadi
tonggak bagi kejayaan Islam seperti layaknya pada zaman Rasūlullah, rasanya Islam
telah menjadi asing kembali, meskipun agama yang menjadi Rahmat untuk seluruh alam
ini sudah menyebar di seluruh penjuru dunia. Tidak sedikit remaja dan mahasiswa
yang justru bobrok imanya pada saat pecarian identitas diri. Mereka lupa akan
tugasnya untuk berjihad di jalan Allah dan memperjuangkan kembali kegemilangan
Islam.
Saya
akan kembali mengulas hadits Rasūlullah di atas, bukankah Islam telah di jamin
kemenangan dan kejayanya di masa yang akan datang? Entah itu pada masa kita atau masa
selanjutnya, namun prediksi nubuwwah itu memang akan terjadi. Hal ini mungkin
menjadi alasan mengapa para mahasiswa Muslim cenderung tidak sungguh-sungguh
dalam memperjuangkan kegemilangan Islam kembali, karena mereka melihat bahwa
Islam akan kembali jaya walau pada saat ini Islam sedang redup. Bila kita
renungkan kembali, memang benar adanya bahwa Islam akan menemui kembali masa
kejayaanya walaupun kita tidak sama sekali berjuang untuknya, jaminan Allah itu
telah pasti.Namun, yang harus kita fikirkan adalah nasib
diri kita sendiri, jika Islam telah di jamin keselamatan dan kejayaanya, namun
sudahkah kita memilki jaminan keselamatan untuk diri kita sendiri? Inilah yang
saya maksud saat egois itu menjadi harus.
Jika
memang tidak ada semangat kesungguh-sungguhan dalam diri untuk memperjuangkan
kejayaan Islam, maka tinggikanlah rasa egois untuk menyelematkan diri kita
sendiri. Allah akan memberikan keselamatan dan kebahagiaan bagi kita jika kita
pun mau menjaga Agama yang Allah turunkan kepada kita. Dengan rasa egois itu
maka kita akan selalu berjuang untuk mencari cara menyelamatkan diri kita dan
salah satunya adalah dengan berjuang demi kejayaan Islam.
Sebagai
seorang mahasiswa Muslim, kita haruslah dapat menjadi public figure yang memberikan teladan yang baik bagi masyarakat dan
meninggikan rasa sosial, sehingga masyarakat akan melihat bahwa Islam adalah
agama yang benar-benar Rahmat bagi seluruh alam. Berawal dari kesadaran diri
sendiri dan mulai bertindak mulia di dalam kehidupan sosial, hal ini dapat
menyadarkan umat Muslim lainya bahwa pada dasarnya Islam bukan saja berbicara
tentang ibadah namun juga bermuamalah dengan baik. Yang bisa menjadi tonggak
peregerakan awal demi kejayaan Islam pada zaman sekarang ini. Jika memang
dakwah di mimbar kini
sudah tidak di dengar, maka tugas kitalah untuk memahami kemauan mereka
yang belum menyadari pentingnya berjihad. Salah satu sarana untuk memberikan pengaruh yang besar
kepada masyarakat adalah dengan propaganda yang dipahami mayarakat, bukan
berupa makalah, artikel atau hal-hal yang senada dengan kemahasiswaan, tetapi
bagaimana maksud yang ingin diinformasikan dapat benar-benar sampai ke
masyakarat. Biasanya hal ini dilakukan melalui tulisan, tulisan yang dimaksud
saya disini bukan tulisan secara hakikat, tetapi penekanannya pada makna yang
tersirat.
Apabila kini masyakarat lebih menyukai musik, maka berdakwalah
dengan musik. Hal ini akan mempermudah penyampaian informasi yang di maksud
kepadanya, kemudian dengan persatuanlah sebenarnya Islam akan kembali jaya,
maka tanamkanlah aqidah yang kuat, akhlaq yang mulia dan tumbuhkanlah jiwa
sosial untuk meraihnya. Kemudian, ada satu hal penting
yang harus kita tahu, yakni jangan lah kita menjadi mahasiswa yang pasif dan
anti politik. Saya akan sedikit mengutip perkataan Muhammad Natsir, “Islam beribadah itu akan di biarkan, Islam berekonomi akan di awasi. Islam berpoltik
itu akan di cabut seakar-akarnya.” Jadi kini saatnya kita untuk cerdas tentang
politik, mengikuti alur untuk merubahnya atau menentang dengan solusi yang
tepat. Hal ini dapat membuat Islam kembali gemilang dan maju dalam kehidupan
saat ini.