Oleh
: Aulya Rahmawati Sugandi
Setiap manusia dilahirkan ke dunia
tidak ada yang kebetulan, rezeki, jodoh, kemtian, kelahiran sudah diatur oleh
yang Maha Kuasa. Setiap manusia dari berbagai kalangan ingin mendapatkan
pengakuan, nilai, dari masyarakat dan lingkungan. Tak terkecuali seorang
mahasiswa, yang sedang dalam proses pencarian jati diri.
Tak jarang mahasiswa terjebak dalam
bongkahan lumpur kemaksiatan, yang diperantarai oleh gaya hidup
bermewah-mewahan, kriminalitas, tawuran, demo secara anarkis, pacaran, sehingga
mahasiswa hanya ingin hal-hal instan, berfikir kritis saja malas, apalagi maju
untuk berprestasi. Posisi mahasiswa adalah posisi yang belum memiliki kekuasan,
netral, dan mudah untuk dipengaruhi. Tak heran, jika banyak mahasiswa
menggunakan tulisannya sebagai media untuk mencurhkan kegelisahaannya atas
fenomena-fenomena yang terjadi.
Salah satu contoh menurut Muhamad
Iqbal,S.Pd.M.Si dosen Universitas Pendidikan Indonesia, salah satu cara untuk
menciptakan pemilu yang bersih adalah anggota kepanitiaan pemilu jangan ada
yang berasal dari aparat pemerintahan, berikan tanggung jawab itu kepada
maasiswa, maka akan meminimalisir kecurangan yang terjadi. Dapat dikatakan
bahwa, mahasiswa sudah memiliki identitas tersendiri di lingkup masyarakat, tinggal
bagaimana caranya mahasiswa dapat mengukir catatan kehidupannya sendiri agar
bermanfaat untuk orang lain. Nabi Muhammad SAW bersabda "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak
manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
Salah satunya menulis, tak ada yang
sia-sia bila kita mahir dalam menulis. Apalagi bila seorang mahasiswa menulis, diusia
yang dianggap sudah mampu menentukan keputusan, mengambil resiko, dan memiliki
banyak harapan, maka peluang untuk menjadi satu dari sekian banyak mahasiswa
menyandang mahasiswa berbakat,berprestasi akan semakin besar. Secara tidak
langsung akan membentuk kualitas mahasiswa itu sendiri, sehingga dapat membantu
bagi perkembangan dan pemangunan Negara.
Ada beberapa fungsi dari mahasiswa
diantaranay sebagai iron stock, moral
force, social control, agent of change, fungsi tersebut merupakan tanggung
jawab yang harus dijalankan oleh mahasiswa. Tak bisa terelakkan bahwa mahasiswa
enggan untuk menulis, yang justru menjadi syarat untama lulus dari perkuliahan,
yaitu penelitian, seperti skripsi, ataupun thesis.
Yang menjadi penghambat mahasiswa
untuk menulis itu diantaranyaa sibuk dengan jadwal kuliah yang padat, kurangnya
membaca buku, lebih senang jalan-jalan dibandingkan membaca dan menulis sebuah
karya, tidak bisa membagi waktu antara kegiatana organisasi dan belajar,
terlena dengan canggihnya teknologi, dan sebagainya. Padahal banyak cara untuk
meningkatkan minat menulis, diawali dengan menulis yang paling sederhana,
seperti menulis catatan harian, menulis cerpen dan catatan-catatan yang terjadi
di lingkungan sekitar.
Sebagian besar mahasiswa malas untuk
menulis ilmiah, karena sistematis penulisannya cukup rumit, mengaitkan antara teori
dan masalah yang diangkat yang sulit dipahami, menggunakan tata bahasa yang
baku. Padahal menulis essay, artikel merupakan awal yang baik untuk mencoba
menuliskan berbagai gagasan yang ada di pikiran. Bagaiamana mahasiswa ingin
cepat – cepat lulus apabila usaha untuk menulis skripsis, thesis, maupuan
disertasi saja malas, dan banyak pertimbangan.
Menulis merupakan ajang berdemokrasi
yang paling nyaman. Karena setiap individu dapat mengutarakan pendapatnya
dengan mudah, dengan proses pengeditan yang dilakukan oleh penulis mengenai
tulisannya. Berbeda dengan berbicara, ada beberapa orang sangat sulit untuk
mengutarakan secara lisan, apalagi ketika mencoba berbicara di depan publik
dalam forum terbuka, bagi yang belum terbisa akan merasa canggung, gugup,
sehingga apa yang akan diucapkan terkadang tidak sesuai dengan ekspektasi.
Terebih lagi tidak adanya proses koreksi, berbeda tulisan yang dapat di
utarakan jika sudah dianggap pntas untuk di utarakan ke khaayak umum, namun
ketika ucpan telah dilontarkan maka iu sangat sulit untuk ditarik kembali.
Salah satu dari sekian ribu
mahasiswa UPI, pada tahun 2014 mahasiswa jurusan pendidikan agroteknologi Eva
Hardiani Amanatufahmi dan teman-temanya behasil mewakili UPI dalam ajang
bergengsi yaitu PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) yang diselenggarakan
di Universitas Diponegoro. ke 4 mahasiswa anggakatan 2011 tersebut merupakan
salah satu bukti bahwa menulis pun dapatdilakukan dengan berkelompok,
bersma-sama menentukan gagasan-gagasan baru sehingga dapat menuai prestasi dan
menjadi kebangggaan bagi orangtua, almamater dan negara.
Sudah saatnya mahasiswa untuk
bertransformasi, mahasiswa jangan hanya melakukan hal-hal yang tidak penting,
seperti tawuran, narkotika, kriminalitas, pelecehan seksual, jangan hanya
memikirkan demo mahasiswa secara anarkis, sehingga nanti akan menjadi tontonan
yang kurang baik dan merusak anak-anak usia TK,SD,SMP, dan SMA. Mahasiswa
haruslah berperan untuk menjadi anggota masyarakat yang baik, pemimin yang
bijaksana, karena untuk menjadi seseorang yang memiliki identitas yang baik itu
tidak mudah, harus diikuti dengan pembuktian yang baik pula secara nyata.
Maka dari itu, diawali dengan
menulis, tak ada yang salah dengan menulis, jangan takut salah, slah merupakan
proses pebelajaran seseorang untuk menjadi lebih baik. Karena dengan menulis, seseorang akan
memperoleh informasi yang orang lain tidak tahu, menemukan hal-hal baru, dan
menyebarkan ilmu kepada semua orang. Ambil secarik kertas, pena, siapkan semua
imajinasi dan bersiap-siaplah untuk menulis demi sebuah perubahan untuk masa
depan yang lebih baik.