Mengukir jejak melalui tulisan sebagai identitas diri mahasiswa



Mengukir jejak melalui tulisan sebagai identitas diri mahasiswa
Oleh : Vyanti Rahmani – IPAI 2014


Pada hakikatnya mahasiswa adalah makhluk sosial komunikatif, yang memiliki kecenderungan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Komunikatif disini didefinisikan sebagai proses penyampaian sesuatu− informasi,perasaan,dan pemikiran−yang ada dalam dirinya melalui media yang ada. Kini banyak media yang digunakan untuk dapat menyampaikan semua yang menjadi konten komunikatif tadi, dimulai dari pesan maha singkat SMS yang setiap saat kita konsumsi, hingga media sosial yang kini dapat di akses dimana-mana. Namun sadarkah kita penyampaian informasi,perasaan dan pemikiran tersebut nyatanya berbentuk apa? Ya, Tulisan.
Komponen administratif yang paling utama dalam dunia pendidikan adalah tulisan, tanpa adanya tulisan kita tidak dapat membaca, tentu karena tidak akan ada yang dapat kita baca. Tanpa tulisan ilmu sulit untuk mengalir, seperti darah yang menjadi fasilitator oksigen untuk menyebar ke seluruh tubuh demi mempertahankan stabilitas tubuh, begitu pula dengan tulisan. Tulisan merupakan darah dalam dunia pendidikan, tanpa adanya tulisan ilmu akan sulit untuk mengalir pada setiap aspek dalam pendidikan. Itulah sebabnya mengapa menulis sangatlah penting dalam kehidupan, terutama dalam dunia pendidikan. Ini di buktikan dengan adanya buku-buku bacaan yang menjadi sumber ilmu, hingga tugas-tugas akademik seperti   makalah, laporan, esai, artikel, skripsi, tesis dan disertasi yang semuanya menuntut kita untuk dapat memadukan kata-kata menjadi sebuah tulisan yang nantinya menjadi cikal bakal ilmu dari pemikiran-pemikiran para akademisi itu sendiri. Dan inilah sebenarnya yang menjadi tugas para akademisi, mematri tulisan−dengan menulis.
  Menulis merupakan jalan untuk berkarya dan menginspirasi. Tak sedikit tokoh-tokoh hebat di negara kita Indonesia ini terkenal akan tulisan-tulisan dalam buku yang berhasil mereka tulis dan menginspirasi banyak orang. Banyak nilai plus yang bisa kita dapatkan dari menulis, termasuk eksistensi diri yang dapat kita raih dengan menulis. Maka tak mustahil dengan menulis, kita mampu menjadi orang hebat. Kita juga akan mendapat point plus berupa pahala dari ilmu bermanfaat yang kita tuangkan dalam tulisan dan akan senantiasa terus mengalir. Namun itu bukan tujuan utama, hakikatnya menulis adalah bertujuan untuk mengestafetkan informasi berupa ilmu melalui kata-kata yang tersusun dalam kalimat-kalimat sehingga menjadi paragraf-paragraf yang kini kita sebut dengan tulisan, agar ilmu-ilmu dalam tulisan itu akan tetap abadi hingga generasi-generasi berikutnya. Begitupun dengan tulisan berupa kisah-kisah bermakna yang nantinya akan menjadi satu kesatuan sejarah sehingga akan dapat selalu dikenang sepanjang masa.
Namun pada faktanya, daya minat masyarakat Indonesia pada menulis sangatlah minim, mengapa? karena daya minat masyarakat Indonesia pada membaca pun sangatlah sedikit. Output akan dihasilkan bila ada input, bila tidak ada input tentu output tidak akan keluar.  Di kabarkan di berbagai media baik cetak maupun elektronik, atau dikalangan peneliti terkait kebiasaan membaca ini, bahwa Indonesia persentase-nya masih dibilang rendah, tempo di tahun 2011 mengabarkan kemampuan membaca, dan menghubungkan satu atau banyak informasi, baik yang bertalian maupun bertentangan, lebih dari 50 persen siswa Indonesia berada pada level ke-2. Adapun kemampuan menafsirkan dan memadukan informasi skor-nya hanya 399 atau peringkat ke-56 dari 65 negara. Sungguh mengkhawatirkan memang, jika dilihat inilah salah satu yang menjadi penghambat majunya pendidikan di Indonesia sendiri.
Berbeda dengan masyarakat kebanyakan yang enggan dan malas untuk membaca apalagi menulis, mahasiswa justru diharuskan mahir dalam menulis dan tak jarang untuk membaca. Karena, menjadi mahasiswa merupakan masa yang sangat berharga, dimana setiap langkah yang kita jalani merupakan upaya menjadikan diri sebagai agent of change yang sesungguhnya, yang merupakan jati diri seorang mahasiswa. Setiap jejak yang ditorehkan jangan hanya sekedar menjadi kenangan semata, namun jadikan sebagai pembelajaran dan keteladanan bagi generasi-generasi yang akan datang nantinya. Namun pembelajaran dan keteladanan itu akan mudah sirna jika hanya disimpan dalam memori otak manusia yang cenderung dipenuhi oleh khilaf dan lupa. Oleh sebab itu penting rasanya sebagai mahasiswa mengabadikan setiap pembelajaran dalam kata-kata yang kita sebut dengan tulisan. Sehingga ilmu dan pengetahuan dapat terealisasi mengalir pada generasi-generasi masa depan, sang pembawa estafet perubahan bangsa, pembawa jati diri mahasiswa sebagai akademisi sejati, yang senantiasa membudayakan menulis sebagai aspek utama pendidikan Indonesia.
Sekarang kita tahu bahwa para mahasiswa dapat mengembangkan segala pemikiran-pemikiran yang ada dalam dirinya dengan mengabadikan setiap ukiran jejak yang mereka capai dalam barisan kata-kata.