KUMPULAN PUISI MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL
design by: Samsul R. Royani
Alam Tertawa
(untuk pendidikanku yang morat marit)
Aku tetap tidak bisa membantah
Ketika jalan setapak yang menyebrangi
Kedua bumi ini
Mulai ditebas oleh angin
Yang enggan menerimaku
Seakan alam begitu jahat
Kepada orang – orang yang hendak menginginkan
Kedamaian
Aku tetap tidak bisa membantah
Ketika temanku satu per satu
Pergi tanpa pamit dan pergi
Ketika aku masih ingin bersama
Seakan alam begitu benci
Terhadap kebahagiaan dan senang
Akan kesengsaraan
Aku tetap tidak bisa membantah
Ketika alam memang benar – benar
Tak menginginkan kehadiran makhluknya sendiri
Namun apa yang bisa ku perbuat
Aku hanya seorang manusia yang bodoh
Yang menginginkan sebatang kayu untuk dapur
Dan selembar kertas untuk membayar otakku agar diisi
Tapi tetap saja
Aku tidak bisa membantah, ketika alam
Memang bahagia dengan penderitaanku saat ini
Atau mereka bahagia dengan pembinasaan ini
Siapa yang ku persalahkan
ALAM
BUKAN
Yang ku persalahkan adalah orang – orang
Yang seenaknya mengangkat kaki mereka
dan terus menyiksa keadaan alam
Pantas saja alam begitu bahagia
karena dia menginginkan karma
Kepada orang – orang yang biadab
yang telah lupa akan anugrah
Lalu apa yang aku lakukan di sini? Diam?
Tentu, karena aku bukanlah siapa – siapa
Aku hanya seorang yang menginginkan
Sebatang kayu untuk dapur, dan
Selembar kertas untuk membayar otakku agar diisi
Itu saja, tidak lebih
2017
Oleh: Saipul Pajri R. (Anggota JMPS 2017-2018, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2016)
***
Politik Televisi
Ku sudah jenuh
Melihat hiruk pikuk dunia hiburan yang semakin tak jelas
Mereka hanya menghibur demi uang.
Bukan demi kesenangan masyarakat.
Televisi kini bukan tontonan.
Hanya sekedar panggung politik yang tersorotkan
Pantas saja banyak sinetron yang tak berwawasan
Mereka hanya mengejar nilai material bukan pujian.
Anak-anak kini menjadi korban.
Gaya pacaran mereka tirukan.
Adegan senonoh pun mereka lakukan.
Demi bergaya sesuai acara mereka.
Oleh: Nita (Anggota JMPS 2017-2018, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2016)
design by: Samsul R. Royani
Ketika Bangkit
Berpuluh tahun lalu aku bangun dari tidur
Terlepas dari mimpi buruk itu
Telah lama 'ku tertidur
Hingga 'ku bodoh
Ketika 'ku bangkit, aku merasa puas
berdiri dengan kaki kokohku
Namun sayang, 'ku belum cerdas
'ku masih terlena meski telah bangkit
'ku telah bangkit
Walau masih tertatih tatih
'ku ingin bebas berlari
Hingga 'ku jenuh dalam ambisi
Apalah arti bangun jika belum tersadar
Apalah arti bangkit jika hanya seremoni
Banyak basa basi sana sini
Tanpa aksi
Oleh: Fikka Nadya (Anggota JMPS 2017-2018, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2016)
***
Air Mata Peluru
Mereka yang dulu dihantam batu
Berdarah untukmu
Lalu kau siakan dengan mainan mayamu
Mereka yang dulu tertusuk tombak
Mati tergeletak
Lalu kau siakan dengan bodohmu
Mereka dulu bangkit karena merasa perih di kulit
Linu di kuku, ngilu di bahu
Mereka dulu bersuara karena sakit kepala
Menyayat di hati, terbakar nurani
Lalu apa kamu bagaimana
Bagaimana kamu kemana
Kemana kamu siapa
Siapa kamu kenapa
Dulu muda angkat senjata
Kini muda angkat pena, setidaknya
Dulu muda lawan tirani
Kini muda lawan candu jari, setidanya
Duku peluru logam menghujam
Kini peluru kata membabibuta
Dulu air mata jadi tawa
Kini tawa jadi derita
Pemuda tak lagi jadi pejuang
Pemuda hanya tidur di kandang
Nampaknya pertiwi patut malu
Malu hidup bersama batu
Lalu kenapa kamu siapa
Siapa kamu kemana
Kemana kamu bagaimana
Bagaimana kamu apa
Yah kembali lagi pada pertiwi
Mungkin dia akan kembali
Pada kelabu kala itu
Dengan tangisan yang baru
Tangisan peluru...
Subang, 19 Mei 2017
Oleh: Samsul R. Royani (Anggota JMPS 2017-2018, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2016)
#SantapKarya
#JMPSASIK