DUNIA
BARU: Era Media Sosial
Oleh Samroyani,
penulis berambut hijau/biru/abu
Diselesaikan
pukul 00.39, 10 Juni 2017
(design by: samroyani)
Media
Sosial, seberapa sering kita mendengar kata itu? Sekali, seratus, seribu, atau
bahkan berjuta-juta kali. Media Sosial (Medsos)
atau Social Media (Sosmed) pada masa
kini adalah hal yang tidak asing bagi siapapun di seluruh dunia. Mulai dari
anak-anak sampai lansia pasti sudah melihat, mendengar, mengenal, atau bahkan
menggunakannya. Sebut saja Facebook, Twitter, Instagram, atau Youtube. Pertanyaan besarnya
adalah apa dampak medsos pada kita semua, khususnya untuk anda yang
menggunakannya? Apa anda termasuk pengguna medsos? Mari kita kenali ‘mainan’
anda lebih mendalam.
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,
berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan
dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial
yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain
mengatakan bahwa media sosial adalah media online
yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis
web yang mengubah komunikasi menjadi
dialog interaktif.
Untuk mengenal media sosial lebih dalam lagi tentu pengertian
saja tidak akan cukup. Maka dari itu mari kita pelajari sejarah kelahiran dan
pertumbuhannya di dunia.
Awal mula terbentuknya sosial media terjadi pada tahu 1978
dari penemuan sistem papan buletin, yang dapat memungkinkan kita untuk
mengunggah, atau mengunduh informasi, dapat berkomunikasi dengan mengunakan
surat elektronik yang koneksi internetnya masih terhubung dengan saluran
telepon dengan modem. Sistem papan buletin ini ditemukan oleh Ward Christensen
dan Randy Suess yang keduanya adalah sesama pecinta dunia komputer.
Perkembangan sosial media pertama kali dilakukan melalui pengiriman surat elektronik pertama
oleh peneliti ARPA ( Advanced Research Project Agency) pada tahun 1971. Lalu pada 1997 muncul situs
jejaring sosial pertama yaitu Sixdegree.com walaupun sebenarnya pada tahun 1995
terdapat situs Classmates.com yang juga merupakan situs jejaring sosial namun, Sixdegree.com dianggap lebih menawarkan sebuah situs jejaring sosial dibanding
Classmates.com.
Pada tahun 1999 muncul situs
untuk membuat blog pribadi, yaitu Blogger. Situs ini
menawarkan penggunanya untuk bisa membuat halaman situsnya sendiri. Sehingga pengguna dari Blogger ini bisa memuat hal tentang apapun. Termasuk hal pribadi ataupun untuk mengkritisi pemerintah. Sehingga bisa dikatakan Blogger ini menjadi
tonggak berkembangnya sebuah media sosial.
Tahun 2002 munculnya Friendster, situs jejaring sosial yang pada saat itu
menjadi booming dan membuat keberadaan sebuah media sosial menjadi
fenomenal.
Kemudian
setelah kesuksesan Friendster, muncullah
era baru media sosial. Tepatnya pada tahun 2004 lahirlah Facebook, situs jejaring sosial yang terkenal hingga
sampai saat ini. Merupakan
salah satu situs jejaring sosial yang memiliki pengguna terbanyak.
Seperti tak
ada jeda dalam perkembangan ini kemudian pada tahun 2006, lahir Twitter, situs jejaring sosial yang berbeda dengan
yang lainnya, karena pengguna dari Twitter hanya bisa mengupdate status atau
yang bernama tweet ini yang hanya di batasi 140 karakter. Tak kalah dari
Facebook, Twitter juga menarik perhatian besar pengguna media sosial saat itu.
Setelah
Facebook dan Twitter, perkembangan teknologi dari telepon genggam pun muncul, lahirnya smartphone memulai
era besar yang merubah pola sosial masyarakat di seluruh dunia. Semenjak saat
itu mulai muncul berbagai jenis media sosial yang memberikan berbagai fitur dan
kemudahan yang bermacam; sebut saja
BBM, Instagram, Line, Whatsapp, Path, Snapchat, dan banyak lagi lainnya.
Kombinasi
antara medsos dan smartphone telah
membawa perubahan besar. “Seakan dunia
berada dalam genggaman”, itulah
ujaran yang menggambarkan keadaan kita saat ini.
“Saya
bermedsos, maka saya ada,” tidak lagi menjadi sebuah jargon tanpa makna. Orang
telah sampai pada kesadaran eksistensial bahwa dirinya merasa belum ada (eksis)
kalau tidak bermedsos. Hal ini dibuktikan dengan angka
orang-orang yang menggunakan perangkat seluler untuk mengakses media sosial
terus tumbuh hingga lebih dari 280 juta mulai dari tahun 2015 hingga 2016
dan masih terus tumbuh.
Jumlah
pemakai internet di Indonesia sendiri menurut data tahun 2015 mencapai 70 juta
atau 28% dari total populasi. Pemakai medsos seperti Facebook berjumlah sekitar
50 juta atau 20% dari total populasi, sementara pengguna Twitter mencapai 40
juta atau 16% dari total populasi. Angka-angka di atas dari tahun ke tahun akan terus tumbuh, apalagi dengan ditopang oleh pendahuluan 3 basis
pemakai mobile/telepon seluler dan
internet yang besar. Pengeluaran TIK per kapita pun lumayan tinggi, yakni
US$132 per tahun dan pertumbuhan pendapatan industri TIK 7-10% per tahun.
Kita tentu memahami bahwa media sosial ini menawarkan ‘pedang
bermata dua’, satu sisi memberikan kebermanfaatan dan
sisi lainnya memberikan kerugian. Bila digunakan secara
arif maka sosmed tentu akan mendatangkan banyak benefit seperti sarana
berkarya, berkomunikasi, bahkan hingga berbisnis, namun sayangnya kini sosmed
yang menawarkan kebebasan dalam berkomunikasi dan berbagi inforasi malah
digunakan sebagai sarana ‘perang’. Peluang konflik dalam dunia sosmed ini
memang sangat besar, terbukti akhir-akhir ini banyak sekali konflik yang
terjadi dalam bangsa yang dipicu dari sosial media.
Seluruh
dunia kini sedang dalam masa pesatnya dalam megembangkan teknologi dan
informasi, salah satu yang sedang digandrungi saat ini adalah perkembangan di
bidang media sosial. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang
sangat besar. Hal ini bisa menjadi keuntungan dan bisa juga menjadi kerugian.
Bila dimanfaatkan dengan baik jumlah penduduk yang besar bisa membangun bangsa
ini dari berbagai bidang dengan SDM-nya. Namun apabila tidak dimanfaatkan
dengan optimal hal ini justru hanya akan jadi ‘bumerang’ karena besarnya angka
penduduk juga harus diimbangi oleh sarana yang memadai, ketika hal ini tidak
terpenuhi maka yang akan terjadi hanyalah kekacauan. Salah satunya dalam bidang
teknologi dan informasi, khususnya dalam media sosial.
Tak
diragukan lagi bila kini kita semua telah masuk kedalam zaman baru, dunia baru,
era media sosial yang memberikan ruang baru bagi penggunanya menciptakan sebuah
dunia yang bisa berada dalam genggamannya. Namun berbagai fenomena sosial yang
terjadi di sekitar kita ini menunjukan bahwa dunia yang kita ciptakan itu tidak
lagi dalam genggaan kita, faktanya dunia itulah yang menggenggam kita.
Seberapa
banyak waktu yang kita habiskan setiap hari untuk bermain medsos? Sejam, dua
jam, tiga jam? Rasanya tidak sesingkat itu. Faktanya sebagian besar waktu kita
dihabiskan dengan jempol yang menari-nari bermain medsos. Dari awal membuka
mata hingga kembali menutup mata untuk tertidur kita selalu terpaku, terpasung,
dengan medsos. Yah bisa dikatakan waktu jeda kita bermain medsos memang saat
tidur saja.
Kecanduan
medsos ini terjadi pada hampir seluruh penggunanya, tidak semua memang, namun
jumlahnya sangat besar. Pertanyaannya, apakah itu salah? Tentu tidak, asalkan
kita memanfaatkannya dengan baik dan bertanggung jawab dan dalam koridor
penggunaan yang normal. Sesungguhnya memang yang ditawarkan medsos ini
sangatlah membuat candu, namun hal itu bisa kita batasi dengan kesadaran bahwa
dunia sebenarnya itu bukan ada dalam genggaman kita, namun ada di sekitar kita.
Maka
mulailah melangkah keluar, lihatlah dunia yang sesungguhnya! Jadilah smart user untuk
smartphone kita! Gunakanlah media
sosial sebaik-baiknya, maka media sosial akan memberi banyak sekali kebaikan
untuk kita...
Selamat hari
Media Sosial!!!
10 Juni 2017.
Sumber:
1. Tim Pusat Humas Kemendagri (2014). Paduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kemendagri. Kemendagri. Jakarta.
2. Sugihkshare.blogspot.co.id/2013/10/sejarah-sosial-media-dan-perkembangan.html
3. Tugas artikel demografi abang samsul ganteng (2017)
Sumber:
1. Tim Pusat Humas Kemendagri (2014). Paduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kemendagri. Kemendagri. Jakarta.
2. Sugihkshare.blogspot.co.id/2013/10/sejarah-sosial-media-dan-perkembangan.html
3. Tugas artikel demografi abang samsul ganteng (2017)
(Oleh: Samsul Rizal, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2016, Anggota JMPS 2017/2018)