Santap Karya : Selamat Hari Pramuka

PRAMUKA DI UJUNG MASA
(Tulisan Untuk Hari Pramuka)

(written and design by Samsul R. Royani)


Cobalah tanya pada sembarang orang, saat ini juga, apa yang mereka ketahui tentang Pramuka? Saya coba tebak, kebanyakan dari mereka pasti menjawab, "Pramuka yang kemah itu kan?", "Pramuka itu yang pake kacu.", "Pramuka? Seragam coklat hari sabtu.", atau "prok prok prok?!". Jawaban seperti itu pasti sering anda dapatkan, atau mungkin anda sendiri yang membaca tulisan ini akan menjawab seperti itu ketika ditanya "Apa itu Pramuka?".

Jawaban-jawaban diatas tidak saya dapatkan secara imajiner, survei kecil saya lakukan terhadap beberapa orang dari berbagai latar belakang dan usia yang berbeda. Mencengangkan memang, untuk saya yang aktifis Pramuka, ternyata lembaga yang selama ini saya cinta dipandang dan dipahami sangat dangkal di mata masyarakat. Tidak salah memang punya jawaban se-sederhana itu, namun apa memang nilai yang terkandung dalam Pramuka sedangkal itu?

Pramuka, singkatan dari 'Praja Muda Karana' yang mengandung makna orang-orang muda yang suka berkarya. 'Muda' dalam kandungan nama Pramuka bukan hanya untuk orang usia muda seperti anak-anak atau remaja, melainkan untuk semua orang yang 'berjiwa muda'. Itu sebabnya dalam Pramuka sistem adik-kakak diterapkan sehingga berapapun usia anda, bila lebih muda dipanggil "dik" dan yang lebih tua dipanggil "kak".

Gerakan Pramuka Indonesia atau yang dulu dikenal dengan sebutan Kepanduan pertama kali berdiri  di Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961. Kini Gerakan Pramuka telah menjadi satu-satunya organisasi pendidikan non-formal yang telah diakui negara dan diberikan kebebasan untuk melakukan pembinaan terhadap warga negara Indonesia, khususnya generasi muda. Hal ini didasari dengan Undang-Undang No.12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Pramuka juga menginduk pada organisasi kepanduan utama dunia yaitu World Organitation Scout Movement (WOSM).

Kembali pada pembahasan utama, pemahaman tentang Pramuka. Mengutip perkataan Presiden pertama RI, Soekarno, ketika penyerahan Panji Gerakan Pramuka, “Berusahalah sehebat-sebatnya untuk mengembangkan dan meluaskan gerakan kita, sampai pada suatu ketika, setiap anak dan pemuda serta pemudi kita, baik yang mahasiswa di kota maupun yang penggembala kerbau di desa, dengan rasa bangga dan terhormat dapat menyatakan Aku Pramuka Indonesia”. Semangat dan keyakinan Bung Karno ini nampaknya mulai luntur. Memang benar Pramuka kini makin 'besar', bahkan sampai dijadikan kegiatan wajib di setiap sekolah, namun sayangnya tujuan agung dari Pramuka masih belum tercapai, hal itu adalah 'Dasa Dharma'.

Poin-poin yang diajarkan selama ini disebarkan kepada masyarakat, khususnya aktifis Pramuka sendiri masih dinilai terlalu mendasar sehingga gambaran dan dampak yang didapatkan dari kepramukaan hanyalah kesan penampilan dan kegiatan-kegiatannya saja seperti perkemahan atau Jambore

Para pembina dan pelatih Pramuka masih terlalu fokus pada Tekpram (teknik kepramukaan) seperti pengajaran sandi, morse, baris-berbaris, dan sebagainya. Hal ini juga mulai membuat resah para ahli kepramukaan, salah satunya Kak Nono Harsono, seorang kepala sekolah di SMPN 2 Cijambe, Subang, yang sudah mengabdikan dirinya di dalam kepramukaan semenjak tahun 80-an.

Kak Nono berkata, "Masyarakat tidak akan terlalu peduli pada anak Pramuka yang jago baris, morse, atau tekpram lainnya bila anak itu karakternya tidak terlalu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Masyarakat akan peduli bila mereka sudah bisa menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat untuk orang-orang di sekitarnya". Menurut beliau hal tersebut dapat terwujud bila Pramuka sudah bisa mengamalkan Dasa Dharma.

Dasa Dharma adalah kode etik Pramuka, bila di Indonesia mungkin serupa Pancasila-nya. Jika diartikan secara harfiah memiliki makna “Sepuluh Kebajikan".  Dasa berasal dari bahasa jawa yang artinya “Sepuluh”, sedangkan Dharma memiliki arti kebajikan atau perbuatan baik. Sehingga Dasa Dharma Pramuka  adalah Sepuluh Karakter baik yang harus dimiliki oleh para anggota Pramuka. 

Berikut adalah isi dari Dasa Dharma;
1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
3. Patriot yang sopan dan kesatria.
4. Patuh dan suka bermusyawarah.
5. Rela menolong dan tabah.
6. Rajin, trampil dan gembira.
7. Hemat, cermat dan bersahaja.
8. Disiplin, berani dan setia.
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
10. Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan.

Sepuluh ayat dalam Dasa Dharma itulah yang seharusnya lebih ditekankan oleh para anggota Pramuka. Memang bila dikaji lebih dalam terasa klise dan berat. "Tak perlu dikuasai semua, salah satu atau beberapa saja kita sudah bisa menjadi pribadi yang baik. Contohnya ambil saja poin pertama, pasti Pramuka akan dimaknai dengan lebih baik." begitulah ujar Kak Nono.

Dengan memahami hal itu lebih baik lagi tentunya bukan hanya anggota Pramuka, melainkan semua orang yang mengamalkannya akan menjadi pribadi yang lebih baik. Itulah tujuan utama Pramuka, membina karakter bangsa untuk menjadi pribadi yang lebih baik agar bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

Kini kita, dunia, khususnya Indonesia mulai memasuki penghujung masa. Era dimana perdamaian mulai memudar, kemerosotan moral terjadi di berbagai aspek hidup masyarakat. Hal ini hanya bisa diatasi dengan karakter baik orang-orang tentunya, barisan benteng kuat pendidikan dan agama adalah media yang bisa membendung atau bahkan menghentikan kemunduran ini. Di dalamnya metode kepramukaan tentu bisa membantu mendorong benteng itu menjadi lebih kuat.

Kini pertanyaan besarnya timbul, dimana dan bagaimana anda di dalam penghujung masa ini? 
Dimana Pramuka di ujung masa?

Mari menjadi lebih baik, mari menjadi Pramuka!


SELAMAT HARI PRAMUKA!!