Santap Karya : Apakah Hubungan Pacaranmu 'Sehat'?



(design by ask)

Apakah Hubungan Pacaranmu “Sehat”?

Beberapa hari lalu saya bertemu dengan teman saya, kita berkumpul seperti biasanya. Di saat kita sedang asik berbincang, pacarnya datang dan teman saya langsung menghapus make up yang dipakainya. Saya sontak kebingungan dan saya bertanya mengapa ia menghapus make up-nya dan ia menjawab “Pacar aku nggak suka kalau aku pake make up”. Saya masih kebingungan dan sedikit kaget bahwa hal seperti ini masih terjadi. Ia pun mengeluhkan resahnya bahwa ia juga ingin memakai make up seperti sebelumnya karena ia merasa lebih percaya diri disaat menggunakannya. Setelah itu, disaat perjalanan pulang saya tidak berhenti memikirkan ini. 
Saya jadi teringat kembali curhatan teman saya yang lainnya tentang pacarnya. Teman saya yang satu ini sering mengeluh tentang pacarnya yang selalu diam-diam berusaha menciumnya disaat jelas-jelas ia menolak keras. Meskipun ia sudah menolak, pacarnya masih tetap mencuri kesempatan disaat ia tertidur di dalam mobil. Saya berpikir, bukankah ini sangat abusif? Saya berusaha meyakinkan dia bahwa itu tindakan yang salah dan bahkan melanggar hukum, saya memberikan nasihat agar ia memutuskan pacarnya. Tetapi sampai saat ini ia masih tegar dengan pendirian bahwa pacarnya akan berubah.
Dari cerita teman-teman saya tersebut, saya pun membaca lebih banyak mengenai pacaran tidak sehat. Tanpa banyak kita sadari bahwa cara berpacaran atau gaya berpacaran kita itu sudah tidak lagi sehat, loh. Seperti halnya contoh di atas, teman saya dikekang tetapi ia merasa bahwa itu adalah hal yang memang seharusnya dilakukan oleh seorang laki-laki dalam suatu hubungan. Ia merasa harus menurut karena memang itulah yang harus dilakukan seorang perempuan dalam hubungan berpacaran. Tetapi kekerasan dalam pacaran tidak hanya dilakukan oleh pihak laki-laki saja bahkan mereka pun bisa menjadi korban.Ternyata contoh yang saya ceritakan di atas adalah ciri-ciri kekerasan dalam berpacaran. Wekerle & Wolfe (1999) mendefinisikan kekerasan dalam berpacaran sebagai
…control or dominate another person physically, sexually, or psychologically, causing some level of harm.
Jika diartikan, kekerasan dalam pacaran (KDP) adalah mengontrol dan mendominasi seseorang baik secara fisik, seksual atau psikologis dan menimbulkan dampak tidak nyaman bagi korban.
Lalu selain kontrol dan pemaksaan secara seksual, fisik dan psikologis apa saja ya ciri-ciri hubungan pacaran yang tidak sehat atau bahkan abusif menurut situs Beauty Cares? Let’s check this out!

Ciri Pacaran Tidak Sehat Dan Abusif
1.      CONTROL
Seperti halnya yang saya jelaskan di paragraf pertama, kontrol adalah hal yang sangat kentara dalam hubungan pacaran yan tidak sehat juga abusif. Misalnya mengontrol gaya berpakaianmu; mengontrol dengan siapa kamu bergaul; mengecek ponsel dan laptopmu, tas, sosial media dan lain-lain; mengontrol keuanganmu; memaksamu secara seksual.
2.      INTENSITY
Contohnya adalah gestur berlebihan seperti kecan yang sangat mahal, membombardirmu dengan chat/pesan dan telepon, dan berperilaku obsesif.
3.      JEALOUSY
Bersikap diluar akal sehat ketika kamu mendapatkan teman baru, berkenalan dengan orang baru; marah ketika kamu berbicara dengan orang lain (opposite sex/same sex); membatasi waktumu dengan keluarga, teman, saudara, dll; bersikeras memaksa untuk mengetahui segala sesuatu tentangmu termasuk kehidupan pribadi.
4.      CRITICISM
Siapa sangka bahwa mengejek pasangan dengan kata bodoh, kurus, gendut, gila merupakan ciri hubungan pacaran yang abusif. Lalu merendahkan prinsip dan ambisimu; membuatmu tidak percaya diri; menuduh bahwa kamu adalah kekasih yang buruk.
5.      SABOTAGE
Membuatmu bolos kuliah/sekolah/pekerjaan dengan cara yang tidak baik (bertengkar); menyembunyikan uang dan barang-barangmu seperti ponsel, kunci,dsb; meruntuhkan rasa percaya dirimu.
6.      BLAME
Menyalahkanmu dengan berbagai cara dan membuatmu bertanggung jawab atas tindakannya dan kesalahannya. Pacarmu selalu menyalahkanmu dengan kalimat seperti “Ini salah kamu” atau “Gara-gara kamu aku jadi seperti ini!”
7.      ISOLATION
Menyuruhmu untuk menghabiskan waktu hanya dengan dia; melarangmu bertemu dengan keluarga, teman, rekan kerja, dsb; melarangmu kemana pun; memaksamu tetap di rumah dan terisolasi.
8.      ANGER
Bereaksi berlebihan terhadap hal-hal kecil dan sering kehilangan kontrol; perubahan mood yang sangat ekstrem; mengancam untuk melukaimu; melukaimu secara fisik ataupun seksual; membuatmu merasa takut dan tidak nyaman.
Banyak orang yang merasakan dan terjebak dalam hubungan pacaran yang tidak sehat dan abusif tetapi memilih bertahan. Memang tidak mudah untuk meninggalkan orang yang kita sayangi. Tetapi banyak sekali kerugian-kerugian yang korban harus tanggung karena hubungan pacaran tidak sehat ini karena mengganggu kesehatan psikis dan fisik. Misalnya korban akan merasa kesedihan yang amat mendalam, rasa percaya diri hilang dan dihantui rasa takut dan tidak nyaman ketika bersama pasangan. Lalu korban akan merasakan kesulitan tidur, sakit kepala, tidak bersemangat, dan yang lebih parah adalah luka-luka karena kekerasan.
Hubungan pacaran yang tidak sehat jelas sangatlah merugikan. Pacaran sehat bukanlah hal yang tidak mungkin, loh. Pacaran sehat bisa dimulai dengan cara mengenali diri sendiri. Dengan kamu mengenal diri sendiri, mengenal self-respect dan seberapa berharga dirimu maka akan menjauhkanmu dari hubungan yang tidak sehat dan abusif, tentu juga menjauhkanmu dari berperilaku abusif kepada pasanganmu. Menurut Komunitas CeweQuat, pacaran sehat berarti hubungan yang menghormati privasi dan kebutuhan berkembangnya individu masing-masing. Hubungan pacaran yang sehat akan membawa kedua belah pihak ke kehidupan yang progresif dan suportif.
Jika kamu merasa hubungan pacaranmu ada dalam ciri-ciri di atas. You deserve so much better, you are worth loving and remember love never hurts you. So if he/she hurts you in the name of love, it wasn’t love but ego.


Sumber:
Wekerle, C., & Wolfe, D. A. (1999). Dating violence in mid-adolescence: Theory, significance, and emerging prevention initiatives. Clinical Psychology Review.
www.BeautyCares.org

----------------------------------------------------------------------------------
Oleh: Tiara Aulia Putri (Anggota JMPS 2017-2018, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2016)