Santap Karya - Mei dan Pelajaran Di Dalamnya

Mei Dan Pelajaran Di Dalamnya 
Oleh: Alifiani N. Hasya 



    21 tahun lalu pada Mei 1998, terjadi kerusuhan yang menyelimuti negara Indonesia. Kerusuhan dipicu oleh kondisi ekonomi, politik, dan sosial di Indonesia saat itu. Harga-harga barang pokok melonjak tajam, utang negara terhadap bank dunia kian menumpuk, dan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme terus merajelela. Keadaan tersebut membuat setiap elemen masyarakat di berbagai daerah turun dalam aksi demonstrasi dengan menuntut pemerintah melakukan reformasi.
    Mari kita sedikit mengingat kembali hal-hal yang terjadi pada saat itu.
°12 Mei 1998, sekitar 10.000 mahasiswa Universitas Trisakti turun ke jalan, melakukan aksi demonstrasi di luar kampus. Namun sayang, aksi dari mahasiswa ditanggapi oleh aparat dengan tembakan peluru yang menyebabkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal dunia. Khusus di Jakarta, kerusuhan terjadi di hari selanjutnya dan dipicu oleh tertembak matinya mahasiswa Trisakti pada sore hari, 12 Mei. Penembakan mahasiswa Trisakti ini juga memicu kerusuhan di lima daerah, kecuali di Medan dan sekitarnya, di mana kerusuhan telah terjadi sebelumnya.
°13-15 Mei 1998, kerusuhan besar pun terjadi. Penjarahan, perusakan pada fasilitas umum, pembakaran di beberpa tempat, kekerasan seksual, penganiayaan, pembunuhan, penculikan, dan intimidasi terjadi saat itu. Diduga adanya provokator yang mendorong massa untuk melakukan perusakan barang dan bangunan, disusul dengan tindakan penjarahan barang dan pembakaran gedung dan barang lainnya.
    Berdasarkan data yang dihimpun TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta), tim relawan menyebutkan korban meninggal dunia dan luka-luka sebanyak 1.190 orang akibat terbakar/dibakar, 27 akibat senjata, dan 91 luka-luka. Selain itu, pada data Polda Metro tercatat 451 orang meninggal dan untuk korban luka-luka tidak tercatat. Dan pada data Kodam Jaya, 463 meninggal termasuk aparat keamanan, 69 luka-luka. Data Pemda DKI, jumllah korban meninggal 288 orang, dan luka-luka 101 orang. Belum lagi data korban lainnya yang berada di luar ibu kota, Jakarta.
    Dari setiap kejadian tentu ada hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik. Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari tragedi Mei 1998.
1. Jadilah Agent of Change Bagi Negara Indonesia Melalui Pendidikan.
    Sejumlah mahasiswa pada Mei 1998 turun ke jalan dengan menyerukan pikiran-pikirannya melalui unjuk rasa, meskipun pada saat itu aparat lebih ganas untuk menghadang mereka dan membuat empat orang tewas. Tragedi Trisakti menjadi saksi dimana mahasiswa menjadi salah satu agen perubahan menuju kepada reformasi di negeri ini. Untuk saat ini bagi kita generasi muda, perjuangan yang dilakukan tidak harus sampai menelan korban jiwa. Cukup dengan belajar dan mencari ilmu dengan sebaik mungkin dan bawalah negara ini menuju perubahan yang lebih baik lagi.
2. Hidup Harmonis Tanpa Diskriminasi Suku, Ras, dan Agama.
    Mei 1998 tidak terlepas dari isu diskriminasi terhadap salah satu etnis, yaitu etnis Tionghoa. Tak sedikit rumah dan toko milik orang Tionghoa menjadi sasaran penjarahan serta pembakaran massa saat itu. Bahkan mereka juga menjadi korban pembunuhan dan pemerkosaan. Kita tahu betul bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman bahasa, suku, ras, agama, dan budaya. Satu yang harus kita sadari bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama di negara ini. Tidak perlu melihat latar belakang budaya yang dimiliki seseorang untuk mendapatkan hak di negara ini. Mulai dengan berhenti mendiskriminasi kaum minoritas dan mari lihat perbedaan melalui berbagai sudut pandang, sehingga tercipta hidup yang harmonis.
   
    Meski catatan kelam terdapat pada sejarah, namun di dalamnya tentu memiliki nilai-nilai serta hikmah yang besar bagi masa yang akan datang. Mari jangan lupakan sejarah dan ambil hikmah serta pelajaran dari setiap kejadian untuk menyongsong Indonesia yang lebih Merdeka lagi.

Dikutip dari berbagai sumber catatan sejarah Mei 1998.