Senandung Rindu
Oleh: Rani Aulia Nurcahyana
Mataku terbuka, dengan mulut menganga dan degup jantung yang lebih kencang dari biasanya.
Menangis,
Meringis,
Terkikis.
Remang lampu kamar, pikiran setengah sadar, dan bayang yang samar-samar kutemukan dari balik tirai kamar. Buyar.
Menangis,
Meringis,
Terkikis.
Kerinduan merambat memenuhi dinding merah muda, kenangan berlari ke segala penjuru pandang mata. Ah... Kau menyeruak dalam dada. Fana.
Menangis,
Meringis,
Terkikis.
Kumandang lima waktu jadi candu, alunan menetap tinggal di daun telingaku, segalamu masih tertinggal di dalamku. Aku merindu.
Menangis,
Meringis,
Terkikis.
Aku,
Menangis,
Meringis,
Terkikis.
Ramadhan telah tiba, tetapi aku masih mengeja sibuk.
Ramadhan memelukku, namun kutepis dengan alasan-alasan palsu.
Tuhan, sesungguhnya kami dalam kerugian.