Santap Karya : Puan Patah

 Puan Patah

oleh: Nadia Hermawati 


Aku lahir dari seorang ayah berhati baja

Ia tak kasat rasa, sebab itu aku juga

Tak ihwal ia pula pengecut yang handal

Berlari menghindari pedih yang selalu gagal menangkapnya

 

Sedang ibuku malaikat bersayap patah

Bertubuh kokoh tapi penuh lebam

Separuhnya mati sehabis dibawa terbang

Terbang menerjang buas yang kusebut kehidupan

 

Aku tumbuh seorang diri dengan luka dan kecewa

Menggaungkan derita dengan tulisan

Aku tak bisa menangis, air mata jua tak kupunya

Namun kesedihanku dapat mudah terbaca

 

Aku bersembunyi di dalam aksara pada puisi tanpa rima

Menjelma sajak rumpang yang enggan rampung

Berharap kau temukan pada selipan buku kusam

Atau di manapun kau mengeja bacaan ini

 

Tapi kau  bilang puisi itu candu, membuatmu terbelenggu

Kemudian jadilah aku dibuatmu porak poranda

Kau hujani kepalaku , membasahi sekujur tubuhku

Hingga tak terbacalah aku, seketika mayapada terhenti

 

Aku terperosok jauh, jauh yang tak bertepian

Kujadikan hatiku jurang paling dalam

Tiba-tiba kau kembali bertamu, berteriak lantang tak tahu malu

Tapi gema suaramu tak terdengar lagi

 

Aku mengais puing-puing harap yang berserakan

Sambil memangku luka, berusaha keras menekan derita yang bercucuran

Kujadikan diriku satu-satunya tempat berpulang

Membiarkan lara menjamahku berulang-ulang

 

Apa yang kau cari dari puan patah penuh kelam ini?