TUGAS ITU MENYEBALKAN
Oleh
: Fairuz Akhiarul
Hadeuuuuh, kenapa tugas
minggu ini banyak banget sii? Kenapa setiap dosen bilang tugasnya cuman
sedikit, kalau cuman satu matkul sii emang sedikit. Tapi kan kalau matkulnya
banyak otomatis tugasnya banyak juga dong, hei!!! Bosen ngerjain tugas mulu,
setiap hari begadang, tidur larut malam, bikin kulit kering, mata panda,
ditambah setiap begadang harus ditemenin makanan biar gak bosen. Ujung-ujungnya
berat badan naik, bangun siang, lupa mandi, lanjut kuliah lagi, serasa jadi
zombie. Gini aja terus, nikmatin hidupnya kapan? Mending rebahan sambil nonton
youtube, scroll ig, atau ngeliatin cewek seksi di tiktok, pasti lebih seru. Aaaaah
sialan!
Itulah gambaran dari benak saya atau mungkin rata-rata setiap mahasiswa bahkan semua orang dari
berbagai lapisan masyarakat ketika mendapat beban tugas yang banyak, menumpuk,
berlapis-lapis, yang bahkan jumlah lapisannya melebihi lapisan kue tango. Bagaimana
pun tidak dapat dipungkiri bahwa “tugas” seringkali menjadi beban hidup yang
mengganggu. Sebagai manusia, kita dikaruniai hasrat untuk bersenang-senang,
bermalas-malasan, dan ingin bebas dari berbagai tugas serta tanggung jawab yang
ada. Bukankah demikian?
Akan tetapi, apa hakikat dari tugas itu
sendiri?
Benarkah tugas hanyalah beban semata tanpa
maksud dan tujuan?
Atau untuk mengisi waktu luang
semata?
Jangan berlagak bodoh! Tanpa
perlu repot-repot berpikir, semua orang waras mengerti, bahwasannya tugas diciptakan secara sepihak oleh yang maha
kuasa untuk mengasah serta menambah kemampuan kita yang belum seberapa. Kita
memahami bahwa kita bukanlah apa-apa, bukanlah siapa-siapa, bahkan ketiadaan
kita tidak akan sedikit pun berpengaruh pada jumlah produksi es cincau.
Seringkali mahasiswa
mengeluh atas tugas yang diberikan kepadanya, dan merasa senang ketika tugas
tersebut diperingan apalagi sampai dihilangkan. Seolah-olah itu merupakan
sebuah “berkat” tersendiri. Tidak perlu munafik, pun demikian hal nya dengan
saya. Entah kenapa, hampir semua hal yang berbau tugas tidak menyenangkan untuk
dilakukan. Membaca buku, menulis resume perkuliahan, membuat penelitian,
hal-hal mendasar yang memang sudah menjadi KEBUTUHAN
WAJIB bagi seorang mahasiswa, menjadi tidak menarik untuk dilakukan ketika
sudah dibalut dengan kata “tugas”.
Mungkin kita acapkali
lupa atau mungkin sengaja melupakan. Orang-orang yang saat ini bergelar
profesor, mereka pernah menjadi bukan siapa-siapa. Mereka pernah bodoh, culun,
jangankan membuat jurnal membuat makalah saja tidak becus. Benar, percayalah
mereka pernah berada di tahap tersebut. Pun dengan orang-orang dengan pangkat dan
jabatan tinggi, mereka tidak jauh berbeda. Mereka adalah orang-orang yang
secara sadar dan dengan sukarela mengurangi rasa nyaman dan waktu luangnya
untuk melakukan berbagai hal yang akan berguna bagi dirinya dimasa mendatang.
Kesimpulannya, selama
raga kita belum cukup kuat untuk mendaki dan berpijak di puncak gunung sembari
mengibarkan bendera kejayaan. Dan jiwa kita belum cukup dekat untuk menggapai
langit dan meludahi samudra dari atas sana. Maka selama itu juga ada berbagai
tugas yang harus diselesaikan, bukan sebagai kewajiban melainkan kebutuhan.