Santap Karya : Surat untuk Netizen

Surat untuk Netizen
Oleh : Devi Shinthia

Kita hidup di negara yang lucu, negara yang terkenal dengan ramah-tamah masyarakatnya namun juga terkenal sebagai negara yang netizennya dicap paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Ketika kita hidup di negara yang demokratis, maka disitulah euforia kebebasan berlaku. Setiap orang bebas berpendapat dan mengeluarkan apa yang ada di isi kepala mereka. Setiap orang bebas memperkuat hubungan atau memperluas hubungan dengan siapa pun dan dimana pun . Termasuk di media sosial yang dimana setiap orang bebas berekspresi tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. 

Namun terkadang banyak orang menyalahgunakan hak mereka dalam berpendapat. Mereka mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan oleh seorang “manusia”. Mereka yang tidak bijak dalam menggunakan media sosial cenderung seenaknya dalam memberikan pernyataan. Beberapa netizen di Indonesia bahkan saling menyerang, melecehkan atau mencederai satu sama lain. Ketika mereka melihat sesuatu yang tidak mereka sukai, jari-jari mereka gatal jika tidak mengetik sesuatu yang “menyakitkan” bagi orang lain, umur dan gender tidak lagi dipermasalahkan ketika penyakit hati sudah menggebu-gebu. Tak sedikit dari netizen yang berlindung dibalik kata-kata “jangan main sosmed kalo ngga mau dibully”. Hal itu merupakan sebuah kekeliruan besar, karena dibalik kata-kata itu seolah-olah pengguna sosmed itu ada untuk dibully. 

Kita tidak pernah tahu mental orang sekuat apa dan kita tidak akan pernah tahu bagaimana dampak yang akan terjadi oleh seseorang yang menjadi korban. “ketikanmu harimaumu” mungkin itulah istilah yang bisa menggambarkan kondisi saat ini. Sudah banyak sekali yang menjadi korban kejahatan di media sosial, bahkan tak jarang dari mereka yang memilih untuk mengakhiri hidupnya karena tak sanggup untuk menerima serangan netizen yang tiada hentinya . Tragis bukan? Hanya karena sebuah “ketikan”, nyawa seseorang dipertaruhkan. Jika seseorang berbuat salah itu diingatkan bukan malah diserang. Jangan sampai krisis kemanusiaan menyerang diri kita sendiri . Jadilah  seorang manusia yang berhati nurani dan cerdas dalam menggunakan media sosial. 

Sederhananya, kalo kamu ngga suka postingannya, jangan follow semua akunnya, kalo kamu males ngelihat moment dia, unfriend saja akunnya, kalo kamu benci sama kelakuannya, jangan dilihat. Terkadang penyakit hati itu muncul waktu kamu sibuk musingin postingan orang lain. Jadilah seseorang yang bisa menjaga lisan dengan tidak menyakiti hati orang lain, karena kualitas bicara kita akan menentukan kualitas hidup kita.