Bahasa Gaul Pemersastu Generasi Milenial

Deanti Aulia Nasri, Fida Fathinah Atifah,  Shalom Duta Putra Harahap

Bahasa gaul merupakan salah satu bentuk variasi bahasa yang muncul akibat perkembangan zaman yang semakin maju, biasanya digunakan untuk berbincang – bincang atau bergaul antar teman pada kalangan anak muda. 

Penggunaan bahasa gaul dalam eksistensinya masih dianggap sebelah mata oleh banyak pihak, mereka menganggap bahwa bahasa gaul dapat merusak tatanan bahasa baku indonesia, karena menurut pandangan mereka bahasa gaul yang penuturnya lebih dominan para pemuda dapat menjadikan atau menyebabkan generasi muda melupakan atau bahkan tidak bisa menggunakan bahasa baku indonesia yang baik dan benar. Sehingga hal tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan degradasi penggunaan bahasa baku Indonesia dikalangan generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Tidak hanya itu, penggunaan bahasa gaul dianggap dapat melemahkan persatuan jati diri Indonesia sesuai dengan sumpah pemuda yang mendeklarasikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.

Pada akhir tahun 1980-an bahasa gaul sendiri dikenal sebagai bahasa prokem yang merupakan dialek bahasa non-formal yang umumnya digunakan di daerah perkotaan. Tidak banyak orang sadari bahwa bahasa gaul ini sebenarnya merupakan bagian variasi dialek dari bahasa indonesia yang disebut dengan sosiolek. Sosiolek atau dialek sosial, merupakan variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya .

Maraknya bahasa gaul saat ini, ternyata menambah khasanah dalam bahasa Indonesia itu sendiri. Kata – kata yang terdapat dalam KBBI ternyata tidak hanya berisikan kata baku melainkan juga termasuk kata – kata gaul yang telah memenuhi syarat. Dari berbagai komentar, usulan, dan kritikan, saat ini jumlah kata pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi V terdapat sampai 110.173 jumlah kata dengan tebal sampai 2.040 halaman. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari edisi IV yang sebelumnya hanya terdapat sekitar 1400-an halaman. Sifatnya yang dinamis, dan akan selau berubah seiring berkembangnya zaman menjadikan bahasa gaul ini dapat dikatakan sebagai kreativitas linguistik kaum muda. Hal tersebut dikarenakan eksistensi bahasa gaul lahir dari seni pemikiran pemuda – pemudi Indonesia yang lugas dalam ide kkreatif. Lalu, apakah eksistensi bahasa gaul ini dapat dikatakan sebagai bahasa yang sehat? 

Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Multamia Retno Mayekti Tawangsih Lauder, SS, Mse, DEA, mengatakan bahwa bahasa yang sehat merupakan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari  sebagai bahasa komunikasi . Menurut Bapak General Semantic, Alfred Korzybski, bahasa yang sehat dapat diperoleh dari orang – orang yang berjiwa sehat pula . Dengan demikian disimpulkan, bahwa bahasa yang sehat ini merupakan bahasa yang meliki konotasi yang positif (tidak memiliki konotasi buruk, menyinggung, dan tidak bersifat banal). 

Sehingga penggunaan bahasa gaul dapat dikatakan sebagai bahasa yang sehat apabila bahasa gaul memiliki konotasi yang baik/positif. Selain itu, beragam pertimbangan seperti kondisi dalam penggunaanya pun perlu di perhatikan agar bahasa gaul dapat dikatakan sebagai bahasa yang sehat.

Pepatah mengatakan bahasa menunjukkan suatu bangsa, Mohamad Yamim pernah berkata tiada bahasa, bangsa pun hilang. Dikutip dari Jawa Pos, melalui realitas berbahasa, kualitas bangsanya ditentukan. Ungkapan – ungkapan tersebut menunjukan bahwa suatu bangsa dapat dicerminkan melalui bahasa. Dengan demikian, apakah bahasa gaul dapat mendampingi bahasa baku Indonesia sebagai bahasa yang sehat dalam mewujudkan atau mencerminkan Indonesia tangguh?

Sebagai pemuda – pemudi Indonesia, tentunya penguasaan terhadap bahasa Indonesia sangat diperlukan. Bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas bangsa. Sehingga, pemuda – pemudi Indonesia harus dapat menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar serta memiliki rasa bangga terhadp kepemilikan bahasa Indonesia itu sendiri, dibandingkan dengan bahasa gaul. Pengunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus dapat diterapakan bagi semua kalangan, baik itu kalangan tua ataupun muda. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa yang berlaku, tentunya harus sesuai dengan situasi saat berkomunikasi. 

Pemaham dan penguasaan mengenai bahasa Indonesia baku dapat digunakan dalah situasi formal. Kemampuan dalam pemahasan dan penguasaan tersebut perlu dilatih, sehingga dalam situasi formal, segala penyampain dapat dilakukan secara fasih dalam berbahasa di depan khalayak dan tidak berbicara secara terbata-bata. Selain itu, penguasaan terhadap bahasa baku Indonesia  akan memudahkan dalam memahami isi teks jurnal, koran, atau artikel-artikel yang kata-katanya jarang digunakan sehari-hari, atau pun implementasinya ketika saat menulis karya ilmiah.

Sementara penggunaan bahasa gaul dapat dilakukan pada situasi dan kondisi yang lebih santai, salah satu nya ketikda sedang berkomunikasi dengan teman sebaya atau pun berkomunikasi di dalam media sosial. Dapat dikatakan bahwa kita memang tidak harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar setiap saat sesuai kaidah kebahasaan, melainkan perlu untuk menyesuaikan dalam penggunaannya di berbagai konteks.

Realitasnya, baik bahasa Indonesia baku maupun bahasa gaul Indonesia memiliki jalannya tersendiri untuk berkembang. Bahasa indonesia baku memiliki ruang tersendiri untuk berkembang dan memperkaya diri, begitupun dengan bahasa gaul. Keduanya perlu tetap dirayakan. Bahasa Indonesia baku perlu diusahakan berkembang diatap – atap kelas para pejalar yang dituturkan langsung oleh guru Bahasa Indonesia, pun dengan bahasa gaul tetap dirayakan di atap kantin sekolah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing – masing bahasa.

Kemudian, eksistensi bahasa gaul dalam mendampingi bahasa baku Indonesia dalam mewujudkan Indonesia tangguh dapat terletak pada bahasa sebagai pemersatu bangsa bagi generasi milenial. Bahasa gaul lebih nyaman digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari – hari, menyebabkan suasana saat berbicara dengan teman terasa lebih alami. Hal tersebut dapat mudah menyatukan generasi milenial. Meskipun demikian, dalam penggunaan bahasa gaul harus tetap memperhatikan konteks dan konotasinya.

Dalam penggunaan bahasa gaul sebagai bahasa sehat, apalagi dalam mendampingi bahasa baku Indonesia untuk mewujudkan Indonesia tangguh, terdapat banyak hal yang masih perlu diperhatikan. Bahasa gaul yang bersifat dinamis ini dapat memicu perbedaan makna pada setiap daerah, sehingga diperlukan suatu platform untuk menyamakan makna – makna dari kosa kata bahasa gaul. Selain itu, sebagai negara dengan tingkat populasi pemuda dan pemudi yang memiliki seni berpikir yang kreatif, dalam menjaga kosa kata bahasa gaul yang telah tercipta (meskipun bersifat dinamis) perlu diabadikan dalam suatu platform atau bentuk sebagai tanda eksistensi kata tersebut dalam sejarah peribahasa gaul indonesia. Melihat hal – hal yang harus diperhatikan tersebut, Indonesia dirasa perlu untuk membuat Kamus Besar Bahasa Gaul Indonesia. Pembuatannya dapat mengacu pada Urban Dictonary. Dalam studi terbaru, Urban Dictionary digunakan untuk secara otomatis menghasilkan penjelasan kata dan frase non-standar. Urban Dictionary telah digunakan untuk pengembangan sistem pemrosesan bahasa alami yang harus berurusan dengan bahasa informal, bahasa non-standar, dan bahasa gaul. Urban Dictionary tampaknya menjadi sumber yang menjanjikan untuk merekam dan menganalisis inovasi bahasa, meskipun sejauh ini masih sedikit yang diketahui tentang karakteristik isinya .