Satu Berulang

Oleh : Maitria Prada 

Maniknya meruntuhkan tembok tinggi yang dibuat penuh peluh

Melesat persekian detik, memaksa ruang usang terbuka walau secercah

Irisnya berhasil membuat gulungan luruh, bergemuruh 

Tanpa terkendali, pikirannya menerawang

Membawa jiwanya jauh dari garis perbatasan

Seolah dibuat berharap, janjinya ia biarkan lenyap

Bersamaan dengan hinggapnya kepingan sayap

Ia tak mampu kembali bersemayam di tengah heningnya malam

Sebab bintang telah menerangi gelapnya jalanan

Terisak hingga sesak

Diabaikannya harap pekak 

Inginnya berlari menghampiri ruang harsa

Namun, anca menariknya erat


Pada sebuah ruang usang, lengkara abadi dalam ingatan

Kecuali digoreskan pada batu karang

Bahkan waktu pun akan membuatnya hirap 

Atau barangkali dibawa paksa hantaman ombak

Garis waktu menegaskan leraknya ikatan

Arunika menjelma senja

Derana dalam bayang tak berkesudahan

Kendati baswaranya menembus dirgantara

Merobek relung candala

Terbelenggu taksanya renjana

Redup bak temaram, aksara kan amerta

Pada cakrawala sandyakala.