Manusia Menulis Peradaban

Saya mulai tulisan ini dengan pertanyaan “Apa yang membedakan manusia dengan hewan dan tumbuhan, bahkan dengan makhluk-makhluk asing di Mars atau di Bulan? 

Yapp, Tulisan...

Setidaknya pada abad ke-20 tulisan di atas secarik kertas itu udah jadi sama riilnya dengan keberadaan kita sebagai manusia. Loh kalau makhluk Mars dan Bulan?

Yoo ndak tau, saya beneran ga tau, jangan tanya saya. Sekarang, ayoo kita jalan-jalan sebentar.

Oke, walk me through! 

For sure, jadi nihh. Kamu tau ga? Revolusi kognitif telah memungkinkan umat manusia “bercengkerama” bicarain hal-hal yang ga penting sebetulnya, tapi bakal jadi penting ketika semuanya dicatat dalam secarik kertas menggunakan pena bertinta hitam yang kesemuanya ituberlangsung dalam sebuah konferensi atau sekedar rapat kecil formal yang didatangi berbagai macam orang dengan background, profesi dan kedudukan yang berbeda. 

Kita bicara soal imajinasi fiktif disini?

Bisa dibilang begitu, karena mau bagaimanapun apa yang dibicarakan umat manusia sejak dulu hanya ada dalam imajinasi mereka, 60.000 tahun lamanya manusia telah merajut jaring-jaring fiksi yang justru membentukrealitas kita saat ini. 

Hah, seriously? 

Iyaa, coba kita bayangkan. Seiring berjalannya waktu kehidupan manusia semakin rumit dan menakjubkan, kalau manusia zaman dulu ga pernah memikirkan tentang benda apa yang lebih efisien menggantikan cangkang kerang untuk membeli ramuan herbal penghilang rasa mual, maka saat ini kita tidak akan mengenal apa itu uang.

Aha! Tell me more.. 

Kenapa sih meski tulisan? 

Rasanya tempurung kepala manusia ga cukup ruang buat menampung banyak memori, maka tulisan menjadi metode perekaman yang paling efisien dan permanen.

Walau dibentuk dari benang-benang fiksi. Nyatanya Berkat semua itu, manusia jadi satu-satunya makhluk yang menguasai dunia lebih baik dari makhluk manapun di bumi.

Dalam buku Animal Farm punyanya George Orwell, kita akan menemukan bagaimana hewan-hewan menjadi begitu pintar menentukan tindakan, peran bahkan nasib melalui tulisan. 

Sayangnya, kelihaian menulis, merangkai aksara, mencipta karya dan mempergunakannya, justru hanya dimiliki oleh manusia.

Jika petunjuk, pesan dan ajaran-ajaran yang Tuhan sampaikan kepada para Nabi tak pernah ditulis dalam apa yang kita sebut Kitab Suci. Maka, manusia mana yang akan menjadikan agama sebagai hal yang harus diyakini.

Kemampuan menulis ini telah menjadikan manusia memiliki kemampuan mengubah arah aliran sungai atau merubah realitas raja hutan.

Kalau yang paling berkuasa di hutan adalah singa, maka hanya dengan coretan tinta di atas kertas, manusia dapat mengambil alih tahta, menjadi penguasanya.

Yahh, kita sampai pada penghujung acara.

Orang-orang bilang, pena, kertas dan tinta itu udah ga relevan lagi di zaman sekarang. Untuk membuat tulisan kita tidak lagi harus menorehkan tinta di atas kertas, kita bisa menggerakkan jari mengetik di atas layar gadget atupun komputer. 

Hal ini memperlihatkan kepada kita bagaimana aktivitas menulis ini telah memahat peradaban sedemikian rupa dari masa ke masanya.

Terakhir, 

Widji Thukul pernah bilang, beliau akan menulis dengan tetes darah, kalau tidak diizinkan menulis. Saya mah ga berani lukain jari demi ngeluarin darah. Jadi kalau ga diizinkan menulis, di zaman sekarang ini saya bakal menulis pake kecap yang kemasannya warna ijo itu loh, hehe. 

Salam hangat, 

Terima Kasih.