Menamai Diri, Manusia BijaksanaOleh : Sansa Bunga Agista
Kisah tentang bagian mendasar alam semesta yang dinamai fisika, kisah atom, molekul dan interaksinya—kimia, dan kisah organisme-organisme yang dinamai biologi. Mengawali sejarah besar peradaban yang tercipta dalam bola biru yang kita namai “bumi”.
Tulisan ini memberikan proyeksi awal tentang bagaimana manusia yang mulanya hanya sekedar satu spesies hewan, mulai merangkak menuju puncak peradaban, dan dengan angkuh menamai dirinya HOMO SAPIENS (Manusia Bijaksana).
Let's see..
Sejarah umat manusia dibangun melalui tiga revolusi penting yaitu, Revolusi Kognitif, Revolusi Pertanian, dan Revolusi Sains.
Revolusi Kognitif menjadikan Homo Sapiens memiliki kemampuan menyampaikan dan menerima informasi dengan peran bahasa. Memungkinkan mereka membentuk tatanan sosial yang semakin hari semakin luas dan kompleks, mengandalkan kerja secara kolektif, berpindah habitat secara cepat dan banyak, menjadi bukti kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang handal. Tetapi, bukannya tanpa pertumpahan darah.
Revolusi Pertanian, mengubah peran Homo Sapiens dari seorang pemburu menjadi petani penggarap tanah, penanam benih. pemanen gandum. Tak terbayangkan seberapa melimpahnya hasil kebun yang mereka miliki. Tidak hanya membangkitkan harapan akan kehidupan yang lebih baik. Tetapi juga membawa mereka pada jurang kemusnahan. Mengapa hal itu bisa terjadi ?
Revolusi Sains, sejarah yang mengarah pada peledakan bom atom di Alamogordo dan perjalanan ke bulan menyulut berbagai peristiwa yang Homo Sapiens lakukan melalui penanaman sumber daya yang ada pada penelitian sains. Hal ini tidak hanya menjadikan mereka semakin cerdas tetapi sekaligus membuatnya semakin tidak manusiawi.
Tidak hanya membawa dunia pada kemajuan. Tetapi, juga menghancurkannya.
Jika selama ini orang-orang sering mengabaikan spesies manusia purba karena menganggap mereka makhluk primitif dan tidak melakukan hal-hal besar. Sekedar berburu hewan, memahat batu, memantik api dan meramu makanan.
Kita akan dibuat kaget dengan fakta yang di ulas dalam tulisan ini.
Bagaimana tidak, 45.000 tahun silam sejarah mencatat keberhasilan pertama spesies manusia berpindah dari kawasan Afro—Asia, dan menginjakkan kakinya di pantai Australia. Saat itu pula, Homo Sapiens berada di puncak rantai makanan dan menjadikannya spesies paling mematikan dalam 4 miliar tahun riwayat kehidupan di bumi.
Australia dikenal sebagai habitat yang ramah bagi kehidupan fauna-fauna raksasa, koala yang besar, kadal jumbo, dll. Tetapi kemudian raksasa-raksasa itu punah, dan memutus rantai makanan di wilayah tersebut. Apakah itu ulah Homo Sapiens? Memang tidak ada bukti pasti akan hal itu. Tetapi kepunahan marmut di Artika, kepunahan massal megafauna di Australia, Amerika Selatan, Amerika Utara, Selandia Baru, dan lenyapnya berbagai jenis tumbuhan di Australia terjadi tepat saat Homo Sapiens pertama kali menginjakkan kakinya di wilayah tersebut.
Tidak hanya flora dan fauna, miliaran tahun silam dunia ini menjadi tempat singgah berbagai Spesies manusia, Neandertal, Denisova, dan Spesies manusia lainnya.
Saat Neandertal berusaha menyingkirkan Homo Sapiens dari suatu wilayah, tidak lama setelah itu Sapiens kembali datang dan menyingkirkan Neandertal tidak hanya dari suatu kawasan, tetapi sekaligus menyingkirkannya dari muka bumi. Homo Denisova sudah musnah terlebih dulu, manusia Katai terakhir serta Homo Soloensis ikut pamit dari muka bumi meninggalkan tulang, alat batu, dan sedikit gen di DNA kita. Semua itu terjadi, tepat ketika Sapiens memasuki wilayah mereka.
Bisa jadi sifat-sifat itu diwariskan kepada kita yang hidup saat ini—Keserakahan, superioritas, haus kekuasaan, keangkuhan, perusak. Hingga sekarang, kita satu-satunya spesies yang tersisa di muka bumi, seorang Homo Sapiens (Manusia Bijaksana).