Oleh :
M Fauzan Anshori
Fenomena dad shaming merupakan salah fenomena yang sering tampak dalam keluarga yang melibatkan seorang ayah sebagai fokus utamanya. Namun sebelum pada pembahasan tersebut, mari kita kenali terlebih dahulu mengenai apa itu sosiologi keluarga dan gender. Sosiologi keluarga merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan yang mempelajari pembentukan keluarga, hubungan dan pengaruh timbal balik dari aneka macam gejala sosial terkait dengan hubungan antar dan intermanusia dalam kelompok (keluarga), sistem dan kelembagaan sosial dengan individu dan/atau sebaliknya, struktur sosial, proses-proses dan perubahan sosial, tindakan sosial, perilaku sosial serta aspek-aspek kelompok maupun produk kehidupan kelompok. Sedangkan Sosiologi gender adalah salah satu subbidang ilmu sosial yang memetakan situasi problematik dan mengkaji realitas isu gender dalam kehidupan sosial.
Sosiologi keluarga dan gender memiliki urgensi yang sangat tinggi dimana keilmuan ini dapat menjadi ilmu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Sosiologi keluarga dapat diterapkan untuk mencapai keberhasilan keluarga. Keberhasilan atau kegagalan keluarga menjalankan fungsi dapat kita pahami dari realitas atau kenyataan sosial yang terjadi. Kenyataan itu merupakan wujud dan hasil dari tindakan sosial individu-individu (unsur) keluarga. Sedangkan sosiologi gender ini berusaha untuk memahami peran-peran dan hak asasi manusia yang harus dipahami dan dihormati untuk menuju kesetaraan hidup yang adil. Karena setiap manusia punya hak untuk hidup baik dan lebih baik.
Sosiologi keluarga dan gender memiliki manfaat untuk dipelajari oleh semua orang, yang tak terbatas hanya pada para kalangan akademik saja namun dapat bermanfaat untuk seluruh masyarakat. Sosiologi Keluarga memiliki manfaat antara lain :
1. Memberikan arahan dalam membentuk maupun membina sebuah keluarga.
2. Memberikan pola tindakan didalam sebuah keluarga dikaji dalam sosiologi sehingga dengan adanya hal ini interaksi yang terjalin dalam keluarga dapat menciptakan sebuah keharmonisan dan meminimalisir bentuk penyimpangan sosial yang akan terjadi di masyarakat.
Sedangkan, sosiologi gender dapat memilliki manfaat antara lain:
1. Membentuk sikap dan pemahaman kesetaraan gender
2. Menganalisis permasalahan dalam isu gender dan membuat solusi atau pemecahan masalahnya
Sosiologi keluarga dan gender merupakan salah satu sub disiplin ilmu yang sangat memberikan pengaruh yang baik dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi setiap keluarga, baik ibu, ayah maupun anak. Masukan ini diberikan agar masyarakat dapat paling tidak mempelajari ilmu ini, berbagai pengathuan yang akan diberikan dapat menjadi pendekatan untuk mencapai keberhasilan keluarga dan menanggulangi berbagai masalah yang tercipta dalam kehidupan keluarga.
Setelah kita membaca uraian diatas, mari kita bahas salah satu fenomena sosiologi keluarga dan gender yaitu fenomena dad shaming. Berbagai fenomena sosial yang menyangkut sosiologi keluarga dan gender akan banyak sekali dan mudah ditemukan, karena pada dasarnya keluarga dan gender merupakan bagian dari masyarakat yang sulit untuk dipisahkan. Salah satu fenomena yang berhubungan dan dapat dikaji melalui sosiologi keluarga dan gender adalah fenomena Dad Shaming. Fenomena dad shaming ini sangat berkaitan sekali dengan sosiologi keluarga dan gender karena disana menyangkut seoarang ayah yang pada dasarnya merupakan salah satu bagian dari keluarga atau bahkan seorang anggota yang sangat penting dalam membangun sebuah keluarga. Kemudian menyangkut gender pula dimana seoarang merupakan seoarang individu yang memiliki gender laki-laki yang hal ini sudah menjadi kesepakatan bersama dalam masyarakat. seoarang ayah yang notabene seorang laki-laki memiliki peran, fungsi, hak dan kewajiban dalam sebuah keluarga untuk menjalankan keluarga agar dapat seimbang, harmonis dan sejahtera. Namun disisi lain, beberapa peran yang dilakukan oleh seoarang ayah tidak jarang mendapatkan berbagai kritikan negatif dalam menjalankan perannya karena dianggap tidak sesuai dengan apa yang seharusnya, khususnya dalam pola mengasuh anak. Maka daripa itu fenomena ini begitu penting untuk dikaji oleh ilmu sosiologi keluarga dan gender, yaitu mengenai fenomena “Dad Shaming : Saat Gaya Parenting ayah Dihakimi”.
Secara definisi dad shaming merupakan segala bentuk kritikan dan komentar negatif terhadap gaya atau pola asuh seoarang ayah kepada anak yang dianggap tdaik sesuai dengan seharusnya. Dad shaming ini merupakan bentuk suatu masalah bagi seoarang ayah karena mendapatkan berbagai anggapan, tanggapan dan kritikan negatif mengenai tindakan-tindakannya dalam mengasuh anak. Permasalahan ini menjadi salah satu hal yang membawa dampak serius kepada seoarang ayah yang akan menyebabkan seperti tidak percaya diri dan trauma dalam mengasuh anak. Minimnya apresiasi membuat hubungan antara ibu, ayah serta anak akan terganggu dan menjadikan sebuah masalah, baik untuk keharmonisan hingga dominasi ibu dalam mengurus seorang anak.
Dalam segi urgensi, fenomena ini sangat penting untuk dikaji dan dibagikan kepada masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai sikap apa yang seharusnya dilakukan agar tidak menjadi seorang yang menghakimi orang lain dalam hal pola anak atau menjadi pelaku Dad Shaming. Hal ini menjadi perhatian karena menurut riset yang telah dilakukan oleh Parentalk.id menunjukan bahwa dad shaming sebanyak 44% dilakukan oleh pasangan, 17% oleh teman, 10% oleh lingkungan umum, 5% oleh rekan kerja, 24% oleh orang tua. Ini menunjukan bahwa banyak sekali kritikan negatif yang ditujukan kepada seoarang ayah dalam mengasuh anak. Secara sosiologi keluarga dan gender, seoarag ayah memiliki kekuasaan tertinggi dalam keluarga, karena peran nya sebagai kepala keluarga. Kemudian meskipun seoarang ayah adalah kepala keluarga dan seoarang laki-laki secara gender, ia tetap memiliki suatu kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan yaitu mengasuh seoarang anak. Mengasuh seoarang anak bukanlah menjadi tanggungan dan kewajiban ibu semata, melainkan ayah pun ikut bertanggung jawab didalamnya sehingga ini bukan perihal suatu gender yang memiliki kewajiban tertentu, tetapi sewajarnya memang dilakukan bersama. Maka daripada itu sudah sepatutnya berbagai stigma, kritikan dan komentar negatif yang mengarah kepada dad shaming segera harus diminimalisir karena akan menjadi masalah bagi sebua keluarga. Apresiasi dan dukungan akan menjadi sesuatu yang leih baik dan membangun untuk kebaikan keluarga.
Sosiologi keluarga dan gender memberikan manfaat dalam hal dijadikan sebagai pendekatan dalam berbagai permasalahan keluarga yang menyangkut peran dan fungsi setiap anggota keluarga. Sosiologi keluarga dan gender dalam fenomena ini dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan untuk mengidentifikasi berbagai topik yang biasanya dijadikan sebagai dad shaming, diantaranya yaitu gaya parenting ayah, pilihan makanan untuk anak, cara ayah mendisiplinkan anak, kurang perhatian terhadap anak, pemilihan penampilan untuk anak, hingga cara mendampingi anak saat belajar dan bermain. Bebrapa hasil identifikasi ini akan membantu bagi keluarga untuk dapat mengatasi berbagai masalah yang sering ditujukan mengenai Dad Shaming.
Melihat fenomena ini yang begitu penting dan banyak ditemukan dilingkungan masyarakat dan keluarga, ada beberapa saran atau tips yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan, diantaranya yaitu :
1. Hindarilah membandingkan ayah dengan ayah yang lainnya
2. Pahami dan sadari jika perbedaan cara asuh anak yang berbeda itu adalah hal yang wajar selama tidak membahayakan
3. Pahami jika seoarang ayah mempunyai “bahasa” yang berbeda dengan ibu.
4. Beriakan dukungan, kesempatan dan apresiasi agar ayah semakin semangat dan percaya diri.
5. Berikan masukan dengan cara yang baik, tidak memarahi dan menyindir depan umum.
6. Ajak berdiskusi dan beri informasi yang benar perihal edukasi pengasuhan anak.