Ghanjar Suganda Putra
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menurut tipenya terbagi atas dua yaitu keluarga batih yang merupakan satuan keluarga yang terkecil yang terdiri atas ayah, ibu, serta anak (nuclear family) dan keluarga luas (extended family) Dalam sosiologi keluarga biasanya dikenal adanya pembedaan antara keluarga bersistem konsanguinal yang menekankan pada pentingnya ikatan darah seperti hubungan antara seseorang dengan orang tuanya cenderung dianggap lebih penting daripada ikatannya dengan suami atau istrinya dan keluarga dengan sistem conjugal menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orang tua (Rustina, 2014)
Keluarga memiliki peranan penting salah satunya fungsi psikologis seperti memberi manfaat mengenai pola pikir dalam hal ini sosialisasi serta manfaat berfikir positif dari setiap anggota keluarga yang mencerminkan fikiran positif dan juga perilaku yang baik di kehidupan bermasyarakat (Pattiruhu et al., 2019) Namun tidak semuanya dalam lembaga keluarga fungsi psikologis ini dapat terlaksana sehingga mempengaruhi dalam membentuk pola pikir positif, dan juga kurang menyerap nilai dan norma dalam masyarakat.
Fenomena yang sedang terjadi pada lembaga keluarga khususnya pada nuclear family dalam bahasan sosialisasi terhadap anak saat ini menarik untuk dibahas, karna dalam lembaga keluarga tentunya sosialisasi setiap keluarga berbeda beda ada yang dapat diterima oleh anaknya dan ada yang tidak diterima sehingga mempengaruhi terhadap sosialisasi tidak sempurna (Bengtson, 2001) Dalam nuclear family orang tua menentukan pola sosialisasi ada yang sifatnya mencegah, melarang dan juga ada yang menyesuaikan dengan kemauan anaknya, misalnya seperti penentuan jam malam pada anak, anak tidak boleh pulang malam ini termasuk mencegah dan juga melarang supaya anak tidak terpengaruh oleh lingkungan yang tidak baik. Namun tidak semua anak dapat menerima pola sosialisasi yang seperti ini sehingga mempengaruhi pada tindakannya kemudian anak ini mencari cara bagaimana supaya bisa keluar malam tapi diizinkan dan akhirnya anak tersebut mencari alasan untuk berbohong dan dapat keluar malam.
Peran keluarga sangat penting dalam hal sosialisasi terhadap anaknya karna sosialisasi primer terdapat pada lembaga keluarga, sehingga dalam proses maupun pola sosialisasi harus benar dan tepat. Namun masih kebanyakan orang tua belum memahami bagaimana sosialisasi yang dapat diterima oleh anak dan dapat tersampaikan sosialisasi dalam lembaga keluarga ini, kebanyakan peran keluarga masih menekankan proses sosialisasi sepihak dan menuntut anaknya untuk menerima arahan dari orang tuanya. Namun dengan sosialisasi yang tepat seperti anak yang cocok untuk diberi kasih sayang dalam hal ini sosialisasi afektif dapat diterima dengan baik oleh anak dan proses sosialisasi berjalan dengan baik.
REFERENSI
Bengtson, V. L. (2001). Beyond the nuclear family: The increasing importance of multigenerational bonds. Journal of Marriage and Family, 63(1), 1–16. https://doi.org/10.1111/j.1741-3737.2001.00001.x
Pattiruhu, I. C. S., Rompas, S., & Simak, V. (2019). Fungsi Afektif Keluarga Dan Fungsi Sosialisasi Keluarga Dengan Perilaku Seksual Remaja. Jurnal Keperawatan, 7(2), 1–9. https://doi.org/10.35790/jkp.v7i2.24464
Rustina. (2014). KELUARGA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Rustina. Musawa, 6(2), 287–322.