Diabaikan dan DirindukanOleh : Eneng Rita
Ramadhan kini tengah berada dipertengahan bulan. Sontak ramai orang menghitung kapan selesainya Ramadhan. Sebagian, karena sedihnya yang tidak lagi meraih limpahan berkah dan pahala dari ibadah. Sedang sebagian lagi ingin segera kembali seperti sebelas bulan biasa, dimana bisa menenangkan haus dan dahaga tanpa harus menunggu waktu berbuka.
Surau surau kembali terluka, menyaksikan barisan shaf yang tidak lagi dipenuhi segenap manusia. Shaf kembali dihuni oleh para renta yang tertatih bersimpuh mengahadap Sang Pencipta. Sedang, bejibun lainnya hanya tergoda dengan segala euforia kekhusyukan diawal Ramadhan saja. Dan kini, hanya mencari-cari cara untuk memburu waktu, agar Ramadhan cepat berlalu. Dengan kungkungan pikir setengahnya sudah lalu dan masih banyak waktu.
Begitupun dengan Al-Qur'an yang dijadikan pedoman insan, dengan Ramadhan menjadi pilihan bulan diwahyukan. Kini, kembali usang dipenjarakan dengan sel lemari ciamik nan unik. Pun ayat-ayatnya mulai lekang dipendengaran. Bukan karena jauhnya jangkauan. Tapi, beranjak diabaikan dengan dalih masih banyak kesempatan untuk melantunkan.
Ramadhan, meluap atma mengabaikan nan merindukan. Nyatanya, hari Fitri lebih berjibaku dihati dan budi insan insani. Ironis, bukan karena kesuciannya tapi keserakahan atas kebebasan yang akan kembali dijalani.
Menyimpan harap tidak ada salahnya bukan? Semoga bukan kita bagian dari yang mengabaikan, dan senantiasa Sang Pencipta menjaga segenap peribadahan yang kita jalankan.