Ada seseorang yang ingin aku temui di stasiun
Mengenakan pakaian sederhana dan cukup usang, datang menghampiri menyuguhkan senyum yang menyenangkan, senyuman paling tulus yang aku saksikan saat itu, ucapnya melegakan, tubuh gesit melesat layaknya kembang api yang di lepas pada langit malam, meski ringkih wajahnya mencerminkan kegigihan, meski getir di kedua bilah matanya terpancar harapan, tak peduli seberapa kejam hal-hal di sekitar mengabaikan, senyumnya tetap merekah merefleksikan keindahan lotus yang mengapung bersama teratai di perairan. Hangat—memilukan.
Jika Tuhan bisa menjelma manusia, Ia adalah penjelmaan paling kentara.
Diantara kesibukan manusia dalam pencarian Tuhan yang tidak kunjung usai, adalah suatu keberuntungan dan berkah paling mewah bisa menemukan sosoknya dalam jiwa seseorang yang tidak terjamah.
Aku yang ingin menemuinya, sekali lagi, setiap kali, lagi dan lagi.
Tidak ada alasan untuk itu, hanya panggilan untuk menuju, pada wajah dan senyuman yang membuatnya merah membiru