How to Handle Your Fear of Missing Out (FoMO)
(Ai Nurul Fahmi)
Seringkali kamu dihadapkan pada posisi di mana kamu harus selalu mengikuti apa yang society katakan. Jika kamu tidak bisa mengikuti “apa maunya”, kamu akan merasa takut dan cemas seolah lingkunganmu tidak akan menerimamu lagi. Kamu menjadi seseorang yang kehilangan diri sendiri, terlalu memaksakan kehendak kepada diri sendiri untuk selalu update dengan tren-tren yang bahkan dirimu sendiri sudah tidak mampu untuk mengikutinya. Tidak hanya itu, kamu juga seringkali membandingkan diri sendiri dengan orang yang dari segi finansial, relationship, karier, pendidikan, maupun pencapaiannya lebih tinggi dari kamu.
Keadaan yang kamu rasakan merupakan sebuah dimensi yang bisa disebut sebagai istilah Fear of Missing Out (FoMO). Menurut Przybylski, dkk. (2013) FoMo merupakan keadaan di saat kamu merasa takut, khawatir, dan cemas ketika kamu tidak ada dalam sebuah momen, pengalaman, maupun percakapan yang terjadi di lingkungan sosial yang luas. Hal ini cukup mengganggu kesehatan mental kamu dan bahkan berdampak pada gangguan produktivitas. Kamu menjadi seseorang yang selalu gelisah setiap harinya sehingga menghilangkan kefokusan terhadap pekerjaan yang seharusnya bisa kamu selesaikan dengan baik.
FoMO berkaitan erat dengan media sosial di mana orang yang setiap harinya melihat timeline atau story orang lain di media sosial dapat mudah terpengaruh, terutama bagi orang yang memiliki self-compassion yang rendah. Apa itu self-compassion? Nah self-compassion ini merupakan bentuk belas kasih dengan memberikan perhatian penuh kepada diri sendiri ketika dihadapkan pada sebuah kekurangan sehingga mampu menyikapinya dengan cara yang efektif dan adaptif. Orang yang memiliki self-compassion yang tinggi akan mampu menghadapi berbagai peristiwa sosial yang terjadi pada dirinya, termasuk perasaan ketakutan akan suatu momen tertentu.
Lalu gimana sih caranya biar kamu bisa menangani dan bahkan terhindar dari yang namanya FoMo?
- Pertama, isi waktu luangmu dengan melakukan berbagai macam aktivitas yang bermanfaat, selain dari mengecek timeline media sosial. Rajinlah bersosialisasi dengan orang lain dan jangan biarkan diri kamu kesepian. Karena ketika kamu merasa kesepian, segala macam pikiran-pikiran negatif akan muncul yang pada akhirnya menimbulkan FoMo.
- Kedua, percaya diri. Jangan merasa bahwa diri kamu tidak berharga. Apalagi dengan melihat postingan orang lain di media sosial yang mengindikasikan kehidupannya lebih baik dan lebih idealis daripada kamu. Hal ini secara tidak sadar dapat menurunkan rasa percaya akan diri kamu sendiri. Ketahuilah bahwa potret kebahagiaan yang kamu lihat di media sosial belum tentu sesuai dengan realita kehiupan orang tersebut. Boleh jadi dalam dunia nyata orang tersebut belum tentu seberuntung kondisi kamu sekarang.
- Meningkatkan self-compassion. Dengan kamu memberikan perhatian lebih kepada dirimu sendiri memungkinkan kamu untuk mencapai penerimaan diri dan memperbaiki kualitas hidup. Karena dengan self-compassion yang baik, kamu tidak akan lagi merasa FoMO.
Di tengah-tengah perkembangan zaman seperti saat ini, kamu tidak bisa menarik diri dari media sosial. Bagaimanapun juga media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan keseharianmu yang tidak bisa kamu hindari. Sehingga penting bagimu untuk memiliki pertahanan diri yang kuat dan kemampuan dalam mengolah input informasi atau berita di media sosial menjadi sebuah peluang atau motivasi untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.