-ephemeral-3
Oleh
: Annisa Fadhilah
anila
tepi danau berhembus menerpa kemeja putihku dengan lembut,
sayang
sekali dinginnya tak mampu mengusikku
aroma
tubuhnya masih sama seperti terakhir kali senyumnya nan elok terngiang dalam
kepala ini,
bahkan
masih bisa kucium dengan tenang bersamaan dengan aroma tanah setelah rinai hujan
kala sore datang
posturnya
semakin gagah, tingginya menjulang dihadapanku
sayang
sekali tatapan matanya kosong,
jiwaku
merasa dirinya kehilangan harsa, kesedihan menyelimuti sampai tak terlihat mana
harapan yang mau datang padanya
“tolong,
pulang”
diri
ini semakin menunduk
mendengar
suaranya parau, semakin berat
seakan
tenggorokan disana tercekat
seakan
permintaan itu adalah permintaan terakhirnya
entah bisa atau tidak, untuk mampu kupenuhi gejolak dalam gelombang pilu yang membuat
lidahku makin kelu
“rumahku
hilang”
jawabku
bagai
keputusan
lantaran
setelahnya,
pipi
itu kembali basah
karena
tahu kirana-nya takkan kembali pulang