LOVE SCAMMING: PENIPUAN DENGAN DALIH
CINTA
Oleh: Rama Mahesa
Mungkin saat ini kamu tengah merasa kesepian, teman-temanmu
yang sibuk dengan segala urusan perkuliahan dan organisasi, serta tontonan
konten indahnya hubungan asmara yang membuatmu semakin merasa betapa
kesepiannya dirimu. Di tengah kesepian itu, tiba-tiba datang seseorang yang
seolah mengobati rasa sepimu. Seseorang yang awalnya asing kemudian mencoba
bertanya mengenai siapa dirimu, bagaimana kabarmu, hingga bagaimana harimu.
Guyuran afeksi yang Ia berikan seolah menjadi jawaban dari
rasa kesepian yang kamu rasakan. Kamu pun mencoba untuk membuka diri, menerima
dirinya yang sejatinya tidak kamu kenal sama sekali. Ia memperkenalkan dirinya
sebagai Eden, seorang mahasiswa yang saat ini tengah tinggal di pulau sebrang.
Jarak yang jauh tidak membuatmu ragu. Omongannya kan baik, pasti orangnya juga baik. Kurang lebih begitu
pikirmu. Hari yang kemarin terasa sepi, kini terasa lebih menarik atas adanya
kehadiran sang Eden.
“Sayang, kuotaku sebentar lagi habis. Boleh tolong kamu
isikan, gak?”
Permintaan dari sang Eden memberimu perasaan janggal, namun kamu mencoba untuk
mengenyahkan perasaan tersebut. Anggap saja ini merupakan bentuk pengorbanan.
Toh, katanya cinta memang perlu pengorbanan, kan?
“Sayang, aku perlu kemeja untuk interview kerja tapi aku
belum ada uang. Apa boleh aku pinjam dulu uang kamu?”
Beberapa minggu kemudian, Eden kembali meminta bantuanmu. Kamu kembali dibuat
merasa janggal. Tapi Eden sendiri berkata
bahwa Ia hanya meminjam, apabila Ia berhasil lolos interview tersebut uangnya
nanti pasti akan dikembalikan. Kurang lebih begitu pikirmu. Toh, memang
cinta perlu pengorbanan, kan?
“Sayang, aku akan kesana tapi aku kurang biaya. Apa boleh
aku pinjam beberapa juta? Aku janji akan kembalikan semua uang yang aku
pinjam apabila kita sudah bertemu.”
Lagi-lagi Eden menanyakan permintaan yang membuatmu merasa
janggal. Uang yang Ia minta bukanlah jumlah yang sedikit, namun tak masalah.
Sang Eden rela pergi jauh hanya untuk menemui dirimu, uang yang kamu korbankan
demi dirinya tidak menjadi hal yang besar, kan?
Akan tetapi, sang Eden tidaklah nyata. Eden yang asli tidak memiliki nama Eden.
Eden yang asli bukanlah seorang mahasiswa. Eden yang asli tidak tinggal di
pulau sebrang. Eden hanya identitas palsu yang dibuat untuk sekedar menipu
dengan dalih cinta.
Loh, memang ada ya yang tertipu trik
seperti itu?
Dilansir dari Psychologytoday.com, Dr. Helen Fisher dari
Rutgers University dalam tulisannya, "Lust,
Attraction, and Attachment in Mammalian Reproduction," Fisher merinci
tiga komponen utama cinta: nafsu (lust),
daya tarik (attraction), dan ikatan (attachment). Setiap komponen ini
memiliki hormon-hormonnya sendiri yang mempengaruhi perasaan kita.
Pertama, ada nafsu yang terkait dengan hormon testosteron
dan estrogen. Nafsu cenderung berkaitan dengan aspek seksualitas, dan dalam
skema love scamming, biasanya tidak
menjadi faktor dominan.
Kemudian, ada daya tarik yang dikendalikan oleh dopamin,
norepinefrin, dan serotonin. Ketika dopamin mengalir, kita merasa senang dan
bersemangat, dan inilah yang membuat kita merasa "kasmaran." Namun,
terlalu banyak dopamin dapat membuat kita mengambil keputusan impulsif.
Terakhir, kita mencapai tahap ikatan yang berhubungan dengan
hormon oksitosin dan vasopresin. Oksitosin terkait dengan perasaan ikatan dan
kepercayaan kepada seseorang.
Dr. Fisher menemukan bahwa ketika seseorang merasa
dipercayai oleh orang lain, otak melepaskan oksitosin, menciptakan ikatan
kepercayaan yang kuat. Ini adalah saat-saat ketika perasaan "lovesick" bisa mempengaruhi kita,
membuat kita membuat keputusan yang tidak rasional.
Semua ini membantu menjelaskan bagaimana love scamming dapat berhasil. Penipu
menggunakan daya tarik dan kemampuan untuk menciptakan ikatan palsu dengan
korban mereka. Mereka memicu reaksi kimia dalam otak korban, membuat mereka
merasa terikat dan percaya, meskipun ini sebenarnya adalah manipulasi yang
berbahaya.
lalu bagaimana kita bisa menghindari
love scamming?
Pertama-tama, dalam mengenal seseorang cobalah untuk
menelusuri profil dan data dirinya lebih lanjut. Siapa tahu foto profil yang
digunakan ternyata merupakan foto milik orang lain, kan?
Kedua, hati-hati dengan kesempurnaan yang terlalu
berlebihan. Apakah kamu akan percaya apabila tiba tiba terdapat pesan masuk
dari seseorang yang mengaku bahwa dirinya merupakan seorang pilot sekaligus
selebgram yang tengah melanjutkan studi doktor di Australia?
Ketiga, sadari perilaku ajakan terus menerus untuk bertemu secara
langsung namun tidak pernah terlaksana. Jika Ia berulang kali berjanji untuk
bertemu secara langsung, namun selalu batal dengan alasan yang tampaknya tidak
masuk akal, kamu harus mulai bersikap waspada. Jika berbulan-bulan berlalu dan
kamu masih belum pernah benar-benar bertemu dengan orang tersebut, sementara
alasan-alasan aneh terus muncul, kamu memiliki alasan kuat untuk merasa curiga.
Terakhir, jangan pernah, dalam keadaan apapun, mengirim uang
kepada seseorang yang hanya berinteraksi melalui dunia maya atau telepon.
Penipu seringkali mencoba meminta uang dengan dalih-dalih mendesak, tetapi
jangan biarkan dirimu tergoda untuk memberikan uang.
Begitulah pengertian sekaligus tips dalam menghindari love scamming. Nah, apakah sobat JMPS
pernah secara langsung menemukan korban dari love scamming? Jangan langsung mengadili sekaligus mencemooh
mereka, ya! Tentu saja mereka akan merasa tertipu dan bodoh, namun kita perlu
menunjukan rasa empati dan kepedulian agar dapat membantu mengembalikan mereka
kembali ke akal sehat.