Tuan dari Tanah Pasundan; Haribaan
Oleh : Cenayang
Tuan, jikalau saya pernah bilang ingin tersesat agar mampu menuju kediamanmu,
ada rindu yang terpaksa meneduh dalam dunia yang fiksi
Cuma saya dan imajinasi milik sang Empu yang tahu kemana kesesatan destinasi saya akan menuju
Cihampelas tidak semenarik itu, ucap mereka
Kata siapa?
Saya tahu bahwa Jembatan Pasopati pukul setengah sembilan malam adalah pemandangan yang cantik sekali untuk dinikmati bersama dengan Tuan dari kedai kopi itu
Kalau ternyata karena kopi susu kesukaanmu itu yang manis dan pahitnya pas bagi saya,
bisa apa saya selain jatuh hati padamu, Tuan?
Sudah habis rasa takut melangkah menujumu
Karena yang saya tahu, saya mampu berjalan terus karena saya masih baik-baik saja
Tapi, sepertinya saya lupa menanyakan alamat persisnya, Tuan
Saya khawatir tersesatnya justru membuat saya tak menemuimu
Saya berani melangkah tapi kali ini takut tersesat dalam jurang dalam yang tak mempersilahkan saya ditampakki senyummu yang secerah bulan sabit pada malam Senin itu
Mungkin saya akan coba lain kali, Tuan
Pasundan-mu masih istimewa sampai saat ini
Saya enggan merasa lelah mencari dan menghampirimu
Supaya kamu tahu ada jenis senja yang hendak dipeluk erat oleh terangnya malammu dalam sang haribaan