Prokrastinasi
Oleh: Rama
Mahesa
Pada pagi hari yang indah ini, kamu tengah bersemangat untuk
memasuki kelas pagi. Sudah tergambar dengan jelas agenda agenda yang akan kamu
lakukan setelah kelas berakhir nanti. Pada layar gadget genggammu tiba tiba
terpampang jelas notifikasi yang berasal dari grup kelas, notifikasi tersebut
datang secara membombardir seolah olah telah terjadi suatu perkelahian di
dalamnya. Tanpa disertai pikiran berat, kamu pun mencoba membuka isi chat pada grup tersebut.
‘Pak Amid
bilang kelas hari ini diganti penugasan artikel ilmiah minimal 35 halaman
ditambah tugas video presentasi mandiri. Dikumpul bulan depan!’
Kurang lebih
begitu isi pesan bubble chat pertama
yang kamu baca. Pagi yang awalnya indah seolah pudar menjadi suram, matahari
yang awalnya berwarna kuning ceria berubah menjadi abu monokrom, bunga bunga
cantik di taman yang awalnya tersenyum seolah cemberut dan murung. Tuntutan
tugas yang diberikan pak Amid memperburuk suasana hatimu.
‘Pak Bagas
besok ngga bisa masuk kelas, rangkum bab 4 sampe 6 aja ya.’
‘Bu Citra
ngasih tugas video dokumenter, kerjain perkelompok ya! Deadline minggu depan!’
‘Pak Rudi
minta dibagi 14 kelompok, tugasnya observasi terus presentasi!’
Ternyata bukan hanya pak Amid yang senang memberi tugas
secara dadakan, banyaknya tugas membuatmu bingung menentukan tugas mana yang
harus diselesaikan terlebih dahulu. Kemudian kamu bermonolog, menentukan dalam
otakmu tugas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu hingga kemudian
mencapai satu kesimpulan yang pasti. Nanti
saja, deh. Toh, deadlinenya masih lama.
Beberapa hari telah berlalu, kamu pun kian sadar bahwa waktu
pengumpulan tugas semakin mendekat. Membayangkan tugas tugas yang harus
dikerjakan membuatmu merasa jenuh, akhirnya kamu pun berkomitmen bahwa kamu
akan mengerjakannya besok.
Hari esok tiba, namun ternyata di hari esok pun kamu masih
tidak memiliki motivasi untuk mengerjakan tugas tugas yang menumpuk. Besok saja, deh. Masih sempet kok. Lagi
lagi kamu membuat komitmen untuk mengerjakan tugas tugas tersebut pada lain
hari.
Siklus tersebut terjadi secara berulang sehingga pada
akhirnya kamu mengerjakan tugasmu mendekati atau bahkan melebihi waktu deadline yang sudah ditentukan.
Sobat JMPS, apakah kalian merasa relate dengan cerita diatas? cerita diatas umum dikenal sebagai prokrastinasi,
loh!
Prokrastinasi atau yang lebih umum dipanggil dengan procrastination adalah suatu tindakan
menunda nunda pekerjaan hingga mendekati batas waktu deadline atau bahkan melebihi batas waktu. Prokrastinasi cenderung
mencerminkan kesulitan seseorang dalam mengendalikan diri. Mood dan perasaan tidak nyaman untuk mengerjakan tugas menjadi
salah satu alasan mengapa prokrastinasi bisa terjadi. Bagi seseorang yang
tengah mengalami prokrastinasi, perasaan tidak nyaman untuk mengerjakan tugas
tersebut menjadi lebih penting daripada tujuan atau tanggung jawab mereka. Hal
ini bisa membuat mereka terjebak dalam spiral emosi negatif yang lebih membuat
malas untuk berusaha di masa depan. Prokrastinasi dibagi menjadi dua bagian,
yakni prokrastinasi pasif dan prokrastinasi aktif
Prokrastinasi pasif adalah suatu penundaan tugas yang
diakibatkan kebingungan dalam menentukan pilihan tugas untuk dikerjakan atau
kesulitan dalam mengerjakan tugas tersebut, sedangkan prokrastinasi pasif
adalah suatu penundaan tugas secara sengaja dikarenakan seorang tersebut merasa
lebih tertantang dan termotivasi untuk mengerjakan suatu tugas yang mendekati
batas waktu deadline.
Lantas,
apakah prokrastinasi sama dengan malas?
Prokrastinasi seringkali disebut dengan rasa malas. Padahal,
kemalasan dan prokrastinasi adalah dua konsep yang berbeda. Kemalasan
mencerminkan sikap umum kurangnya niat atau usaha untuk melakukan sesuatu,
tanpa memandang tugas atau waktu tertentu. Sementara itu, prokrastinasi lebih
terfokus pada penundaan tugas tertentu, dimana seseorang mungkin menunda-nunda
pekerjaan tertentu dengan alasan psikologis seperti kekhawatiran akan kegagalan
atau kurangnya motivasi. Meskipun keduanya terlihat memiliki kemiripan yang
hampir, yaitu ketidakmampuan melakukan suatu tugas, tetapi aspek psikologis dan
kecenderungan waktu yang berbeda membuat keduanya memiliki perbedaan mendasar.
Bagaimana
prokrastinasi ini bisa terjadi?
Dilansir dari Psychology today, Prokrastinasi dipicu oleh
berbagai pikiran dan kebiasaan, tetapi pada dasarnya, kita menunda-nunda tugas
atau menolak untuk melakukannya karena kita tidak yakin bahwa kita akan
menikmati proses dalam melaksanakan tugas tersebut, kita lebih menyukai hal hal
yang dapat membuat kita merasa senang seperti bermain game, menonton film, dan hal hal sebagainya dibanding mengerjakan
sesuatu yang dirasa akan terasa jenuh, atau juga bisa diakibatkan karena kita
takut bahwa kita tidak akan melakukannya dengan baik. Seseorang juga mungkin
melakukan prokrastinasi ketika mereka merasa bingung dalam mengerjakan tugas
yang tengah atau akan dikerjakan atau ketika mereka terlalu terganggu dan
lelah.
Adapun alasan lain mengenai bagaimana prokrastinasi bisa
terjadi menurut Joseph Ferarri adalah:
- Memperkirakan terlalu banyak
waktu yang tersisa untuk menyelesaikan suatu tugas
- Merasa akan memiliki motivasi
yang lebih baik di hari esok
- Mengabaikan perkiraan waktu
yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas tertentu
- Merasa kondisi pikiran belum
cocok untuk mengerjakan tugas
Bagaimana
cara agar kita terhindar dari prokrastinasi?
- Buatlah daftar kegiatan: Agar
lebih terarah, buatlah daftar kegiatan yang akan dilakukan secara
berurutan.
- Ambil langkah kecil: Pisahkan
kegiatan dalam daftar kegiatan tersebut menjadi langkah-langkah kecil yang
mudah diatasi agar tidak terasa terlalu berat.
- Kenali tanda-tanda bahaya:
Perhatikan setiap pikiran untuk menunda-nunda dan usahakan untuk
menolaknya. Jika mulai terlintas pikiran untuk menunda-nunda, paksa diri
untuk menghabiskan beberapa menit bekerja pada kegiatanmu.
- Hilangkan gangguan: Umumnya
terdapat suatu gangguan yang dapat mengalihkan fokus kita dari tugas yang
harus dikerjakan, baik itu games, media
sosial, dan hal hal sebagainya.