Dalam Diam yang Merintih

 

Dalam Diam yang Merintih

Oleh: PJ

 

Di sebuah sudut kota yang hening, aku menemukan dirimu, bukan di tengah keramaian, melainkan dalam diam yang menenangkan. Aku mengagumimu seperti seseorang menyimpan rahasia manis yang menyakitkan, bersemayam di dalam setiap detak jantungku yang terpesona. Setiap kali mataku menangkap bayangmu, ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan, sesuatu yang memikat hati yang sunyi, meski kita tak pernah saling bersapa.

 

Teman-temanku bertanya, "Apa yang kau lihat dalam dirinya? Mengapa begitu dalam?" Mereka tak mengerti, betapa dalam rasa ini tumbuh, seperti bunga yang mekar tanpa sebab, hanya karena melihatmu adalah keindahan tersendiri. Tak ada yang berlebihan, hanya aku yang benar-benar melihat sesuatu luar biasa. Mungkin senyummu, mungkin kebaikanmu, atau kecerdasan yang kau pancarkan, semua memantul dalam diriku, memanggil keinginan menjadi yang terbaik, demi sepotong harap yang tak pernah kuutarakan.

 

Namun, aku tak bisa membohongi hatiku, dalam relung terdalam, ada keinginan yang tulus, agar engkau menjadi takdirku. Tapi setiap kali aku merenungi ini, keraguan menyelinap, menebar racun di benak, apakah aku pantas? Apakah aku layak? Dengan segala yang kau miliki, diriku terasa seperti bayang yang tak pernah mencapai cahaya.

 

Kau terlalu sempurna, sementara aku hanyalah kekosongan yang berusaha terisi, berharap dapat memberi kebahagiaan yang kau layak dapatkan. Raguku bukan karena tak percaya pada diriku, tapi karena, oh betapa sempurnamu, aku takut menjadi beban pada langkah-langkahmu yang ringan.

 

Dan akhirnya, di tengah badai keraguan ini, aku berpasrah pada Yang Maha Kuasa, memohon petunjuk dalam bisu yang memohon, agar hati ini mampu menerima, apapun takdir yang digariskan untuk kita. Karena cinta, pada akhirnya, adalah penyerahan, kepada yang tak bisa kita kendalikan, kepada Dia yang mengetahui segala.