Bangsal no. 5

 Bangsal no. 5
Oleh : Leo Farid Ruhiana


Rumah sakit purnama asih, Jam 23.00 tengah malam...

Malam itu, suasana terasa hening. Angin malam berdesir pelan, menghembuskan setipis udara dingin yang masuk melalui ventilasi di sebuah pos security yang terletak persis di samping gerbang besi sebuah rumah sakit. Pos security itu diterangi oleh satu buah lampu neon yang memancarkan cahaya redup namun cukup untuk mengusir gelap gulita di malam yang membawa kesan tersendiri bagi mereka yang masih terjaga.

Adalah pak Aryo sendiri, seorang staff security yang beberapa bulan sebelumnya direkrut menjadi bagian dari tim keamanan yang ditugaskan di sebuah gedung rumah sakit tua yang rencananya akan dioperasikan kembali menjadi rumah sakit yang layak pakai. Rumah sakit ini masih dalam tahap perbaikan. Sehingga tempat ini praktisnya belum seratus persen bisa berjalan sepenuhnya.

Malam berjalan dengan lambat, suara hewan-hewan yang biasanya ramai bercicit bagaikan simfoni dari gulita semesta yang biasa menemani pak Aryo, sekarang hilang entah kemana. Menyisakan suasana yang terasa sepi bagi pak Aryo yang sedang duduk mengamati layar CCTV melalui Televisi.

``Brrr...Udara malem ini dingin banget ya? Apa tanda-tanda mau pergantian musim. hawa malem ini ga kaya biasanya? Mana kondisi badan gue lagi engga fit lagi, duh, `` Di sela-sela rasa bosannya setelah beberapa jam sebelumnya hanya duduk mengamati monitor CCTV yang dipasang di tiap sudut bangunan rumah sakit, pak Aryo mengeluh mengenai jam kerjanya yang tidak terduga akan ditempatkan di situasi yang benar-benar tidak mendukung kesehatan fisiknya. Tapi mau bagaimana lagi, tugas adalah kewajiban yang harus dirinya jalankan sebagai bentuk tanggung jawabnya menjadi staff keamanan baru di rumah sakit tua ini.

Pak Aryo sebenarnya tidak berjaga sendiri, ada rekan satu shiftnya yang ikut menemani dia menjaga kawasan rumah sakit tua. Nama rekannya adalah Darmo, dan Darmo sendiri tadi bilang sedang melakukan beberapa pengecekan terlebih dulu di kawasan koridor A, di sebelah barat rumah sakit.

`` Si Darmo berani amat ya meriksa sendirian kawasan itu. Padahal dia orangnya paling penakut disini hehe..., `` Seraya menyeruput kopi hitam yang perlahan mulai mendingin, pak Aryo sedikit terkekeh pelan membayangkan si Darmo, berjalan dengan gugup dan waspada menyusuri koridor gelap dan ruang demi ruang di kawasan A.

Dalam keheningan malam yang terasa mengetuk jiwa, disaat angkasa terlelap dalam selimut kekelaman, pak Aryo mendengar suara derap langkah kaki dari luar pos security. Langkah yang semakin dekat dan terus mendekat hingga pak Aryo mendengar sebuah suara yang memanggilnya dari arah belakang.

`` Pak Aryo, hosh...hosh...hosh...jancuk! sampean malah asyik sendiri disini, `` Dengan napas memburu dan wajah dibasahi oleh keringat, Darmo—pria berperawakan kurus dengan postur tinggi, muncul dari pintu pos yang pak Aryo biarkan terbuka. Wajah dan tubuh dari Darmo sangat kusut dan acak-acakan. Seolah Darmo baru saja lari dengan kencang hingga membuat seragamnya berantakan tidak jelas.

`` lah. Nape lu ngos-ngosan gitu mo? Kaya abis ketemu setan aja, `` lontar pak Aryo dengan kening berkerut heran melihat Darmo yang kembali ke pos dengan pucat pasi.

`` E-emang s-saya abis ke-ketemu setan pak, `` kata Darmo terbata-bata dengan wajah bergetar menahan ketakutan. Darmo mendekati pak Aryo yang masih kebingungan melihat rekan shiftnya yang berada dalam kondisi demikian.

`` Hah? Yang bener aje lu mo? `` Masih dengan wajah bingung, pak Aryo berusaha bertanya kembali pada Darmo yang nampak seperti orang linglung. Tatapan mata pria itu terlihat kosong dengan butir keringat dingin yang terus-menerus keluar dari sela pori-pori kulit wajahnya. Darmo masih mengigil dengan sorot mata yang penuh kengerian.

`` coba lu cerita apa yang lu alamin tadi mo. Biar guenya juga bisa ngerti apa yang sebenarnya terjadi, `` pelan dan jelas, pak Aryo berusaha menenangkan Darmo.

Darmo menatap wajah bulat pak Aryo dengan pandangan yang sulit diartikan. Pria itu berusaha untuk tenang terlebih dulu. Menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya membuka suara.

`` T-tadi p-pak, ketika saya udah beres meriksa area koridor A, saya iseng melipir dulu ke kawasan koridor B karena denger suara-suara yang aneh, takutnya ada orang iseng yang sengaja masuk ke kawasan rumah sakit, tapi waktu saya udah masuk ke area koridor B, saya malah ketemu ama sosok pocong..., `` Tak sanggup membayangkan kembali kejadian yang menimpanya tadi, Darmo menutup wajahnya dengan dua tangannya.

`` Udah, udah mo, kejadian yang lu alamin tadi ga usah dipikirin lagi. Mungkin aja lu cuman halu doang gara-gara kelelahan. Udah, lu istirahat aja disini, biar gue yang gantian meriksa koridor B sekalian juga mau ngecek beberapa bangsal. Takutnya emang bener ada orang asing yang masuk sembarangan. Lu juga tau sendiri lah, zaman sekarang tuh banyak banget hewan yang ngegunain tempat-tempat kosong buat mesra-mesraan, `` ujar pak Aryo sembari bangkit dan bersiap-siap dengan senter beserta jaket kulitnya. Sekarang giliran dirinya yang akan berkeliling ke area koridor B.

Darmo yang melihat rekan kerjanya hendak pergi ke tempat yang tadi membuatnya menjerit ketakutan, dengan lantang mencegah.

`` J-jangan pak, s-sampean ga tau kisah mengerikan di balik bangsal itu, `` tutur Darmo masih dengan nada terbata-bata. Wajahnya kian pucat ketika pak Aryo berkata akan pergi menuju kawasan bangsal yang menyimpan cerita gelap yang sudah dikenal luas oleh mereka yang bekerja di rumah sakit tua ini.  

Kening pak Aryo saling bertautan mendengar kalimat yang terucap dari Darmo. Sekilas dirinya mengingat sebuah cerita yang beredar di kalangan staff keamanan yang bekerja di rumah sakit ini tentang sebuah ruangan bangsal misterius yang katanya sering terjadi hal-hal aneh dan penampakan sosok ganjil. Tapi dari sekian banyak kisah menyeramkan tentang bangsal itu, tak ada satu pun yang pak Aryo percaya.

`` Maksud lu, bangsal no.5? `` pak Aryo bertanya pada Darmo.

Darmo mengangguk pelan masih dengan sorot mata memendam kekhawatiran.

`` benar p-pak, bangsal no.5, bangsal yang diceritakan oleh orang-orang yang pernah berjaga malam sebelum kita. Konon, seorang staff security pernah  melihat seorang perempuan tanpa kepala berjalan mondari-mandir di depan bangsal no.5 “ hampir tercekat rasanya Darmo mengatakan hal tersebut, namun tanggapan dari pak Aryo hanya biasa-biasa saja bahkan lebih cenderung meremehkan.

`` weleh mo, zaman sekarang elu masih percaya gituan, pantes aja ni negara kagak maju-maju kalo pemikirannya masih kek elu. Udah tenang aja, gua ga bakalan kenapa-napa. Wong cuman meriksa bangsal doang kok, ya udah gue duluan dulu ya mo, `` ujar pak Aryo seraya menghidupkan cahaya senternya lalu pergi dari hadapan Darmo.

Darmo tak sanggup menahan kepergian rekan kerjanya. Ia hanya berharap dan berdoa agar pak Aryo baik-baik saja, walaupun hatinya terus dihinggapi kecemasan mengenai bangsal yang selalu diperbincangkan oleh rekan-rekannya yang lain karena kisah dibaliknya. Kisah yang membuat siapa pun pasti memilih untuk tidak mendengarnya..

Di lain tempat...

Bunyi peraduan antara sepatu dengan alas lantai terdengar menggema dalam kesenyapan lorong gelap rumah sakit. pak Aryo melihat lingkungan sekitar yang tersembunyi dalam gelap malam, sambil senternya tak henti-hentinya menyorotkan cahaya terang untuk menyibak gelap yang terasa memperhatikannya. Dengan jeli dan penuh kewaspadaan, pak Aryo memperhatikan setiap sudut koridor B, tempat dirinya berada sekarang.

Hawa dingin menghembus, menerpa wajah pak Aryo yang sedikit pucat karena dirinya yang tengah dalam kondisi tidak enak badan. Pak Aryo mengigil, mengedarkan pandangannya ke seluruh lorong yang gelap tanpa penerangan. Entah mengapa, di tengah keheningan yang terasa memuakan ini, pak Aryo merasa ada suara yang memanggilnya.

Aryo...aryo...aryo...

Pak Aryo  berusaha untuk tenang ketika suara-suara misterius yang entah dari mana datangnya, terus memanggil dengan pelan. Walaupun perlahan dalam hatinya timbul rasa takut, pak Aryo segera menepis perasaan itu. Pak Aryo meyakinkan dirinya, bahwa semua ini tidaklah nyata. Rasa takut dan kengerian ini adalah pengaruh dari pikirannya sendiri yang mulai terpapar oleh kisah-kisah mengerikan mengenai bangsal yang sekarang persis ada di depannya.

Saat itu, pak Aryo baru menyadari bahwa dirinya sekarang berada tepat di depan bangsal no 5. entah sejak kapan ia tiba-tiba berada di bangsal yang menurut Darmo adalah tempat yang harus ia hindari.

`` Inikah bangsal yang sedang ramai diperbincangkan oleh staff yang lain? Bangsal yang katanya menyimpan kisah tersembunyi dari peristiwa kelam di masa lalu hingga berujung pada kejadian horor dan tak masuk akal, `` dalam kesunyian yang terasa mengurung pak Aryo dalam kehampaan, pria itu bergumam sendiri seraya melihat beberapa bangsal kosong dan gelap. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pak Aryo berniat untuk menengok apa yang ada di dalam bangsal misterius tersebut.

Senternya ia arahkan untuk menyinari isi dalam bangsal namun matanya hanya menangkap kekosongan belaka. Kondisi bangsal no.5 sangat amat berantakan dengan beberapa brankar tua dalam posisi yang tidak beraturan dan barang-barang yang berserakan. Singkatnya, pak Aryo tidak melihat apa-apa selain...kain putih yang membentuk sosok tubuh manusia.

DEG!

Jantung pak Aryo serasa keluar dari tempatnya saat bola matanya tanpa sengaja melihat beberapa kain putih yang membentuk siluet manusia, sedang berdiri menghadap ke arahnya.

Sosok berkain putih, sosok manusia namun yang membuat pak Aryo tak percaya adalah...sosok itu dalam kondisi tanpa kepala! Hanya menyisakan sisa penggalan leher yang mengucurkan darah merah segar membasahi lantai. Sosok itu berjumlah banyak memenuhi ruang bangsal no.5. dan seolah tahu ada yang mengintip mereka dari luar, sosok-sosok itu mengarahkan telunjuknya secara serempak ke arah pak Aryo.

`` Astagfirlullah aladzim, ya Allah! `` pak Aryo menjerit ketakutan tatkala melihat sosok berkain putih bernodakan darah tanpa kepala di bangsal no.5, menunjuk dirinya dengan tangan kurus berwarna putih pucat.

Pak Aryo melotot dengan kengerian menghiasi bola mata dan wajahnya. Tubuhnya membatu dan menjadi kaku seketika. Pak Aryo mengigil tak mampu berkata apa-apa. Giginya bergemertak hebat, melihat mimpi buruk di depannya ini.

Tolong kami...carikan kepala kami...kami kesakitaaaaaan!!!

Pak Aryo mendengar sebuah suara serak yang berbisik jelas di telinganya. Seakan suara itu masuk dalam jiwa dan pikirannya. Pria itu masih mematung bisu melihat sosok tanpa kepala yang perlahan melayang terbang ke arahnya. Pak Aryo berteriak ketakutan dan ketika dia merasa tubuhnya bisa digerakan kembali, pak Aryo hendak melarikan diri.

Tepat ketika pria itu berbalik ke belakang, pak Aryo melihat pemandangan yang jauh lebih mengerikan. Pak Aryo melihat kepala-kepala manusia tanpa tubuh yang terbang di belakangnya. Kepala-kepala manusia dengan wajah busuk dan buruk rupa yang menertawai pak Aryo yang sudah mencapai puncaknya.

Pak Aryo jatuh pingsan dalam teror mengerikan oleh sosok-sosok tak kasat mata dari bangsal no.5. malam yang hening, membawa ketakutannya dalam pusaran kegelapan yang pekat di koridor rumah sakit itu. Pria itu terbaring sendirian di depan bangsal no.5

Saksi mata yang melihat kejadian itu hanyalah gelap yang merayap dari tiap sudut yang hampa. Tanpa seorang pun yang tahu, dari balik kekosongan lantai bangsal no.5 yang dipenuhi oleh cairan merah berbau amis yang entah muncul dari mana. Perlahan, sebuah tangan pucat terulur dari balik bangsal itu.

Tangan berkuku hitam panjang, yang memyeret Pak Aryo ke dalam bangsal no.5. Setelah itu, Tubuh pak Aryo hilang secara misterius dan pintu bangsal tertutup seperti sedia kala.

Hilangnya pak Aryo di malam jahanam itu menjadi kasus orang hilang yang sampai sekarang belum terpecahkan. Tak ada yang tahu kemana pak Aryo pergi atau menghilang. Satu-satunya orang yang terakhir melihat pak Aryo adalah Darmo.

“ Eh lu pernah denger gak cerita dibalik bangsal no.5? “ Seorang staff security bertanya pada temannya.

“ Maksud lu, Bangsal di koridor B itu? “ sahut rekannya.

“ Iya, Bangsal yang jadi perbincangan di kalangan security yang lain. Bangsal yang...,“

“ Yang jadi tempat jagal orang-orang simpatisan kiri. Gue tahu tentang tragedi naas dan kelam itu bro. Saat dimana ruangan yang harusnya digunakan untuk merawat nyawa manusia, malah menjadi ajang dari penghilangan nyawa manusia secara masal. Mereka dipenggal hidup-hidup, “ Lanjut rekan security itu panjang lebar.

Si security yang untungnya kebagian tugas di siang hari hanya bisa menahan napas dalam-dalam. Cuaca sedang terik, tapi entah  kenapa wajahnya berkeringat dingin.

“ C-cukup bro ceritanya, gue gak mau denger lagi tentang bangsal itu. Ke kawasan itu aja gue gak sudi, “ Buru-buru si security yang ketakutan itu kembali ke pos jaganya. Meninggalkan rekannya yang termenung.

Tak dirinya sangka, peristiwa mengerikan itu nyatanya membawa jejak hitam hingga sekarang. Para arwah korban penyembelihan orang-orang yang dituduh pendukung partai merah, masih bergentanyangan dan nampaknya meminta keadilan atas nasib mereka yang tragis.

-Tamat