Selalu Berkata ‘IYA’ : Bentuk Rasa Empati Dan Ketakutan Bagi Seorang People Pleaser

 SELALU BERKATA ‘IYA’ : BENTUK RASA EMPATI DAN KETAKUTAN BAGI SEORANG PEOPLE PLEASER

                                                               Karya: Nailah Anggiraksa

People pleaser sangat melekat dengan ucapan ‘iya.’ Kebiasaan berkata ‘Iya’ akan berdampak negatif, loh, terkhususnya bagi seorang people pleaser yang memiliki akar empati tulus dan mempunyai rasa untuk mendedikasikan dirinya pada orang lain. justru tindakan embel-embel empati ini mengartikan rasa ketakutan akan penolakan, kebencian, dan dicampakkan pada dunia pertemanannya. 

        Rasa empati pada people pleaser tumbuh atas kepekaannya untuk menyingkirkan konflik, dengan menghindari potensi adanya keterasingan. Hal ini menjadikan seorang people pleaser ingin terus memenuhi kebutuhan orang lain tanpa memikirkan konsekuensi pada kesehatan mentalnya otomatis sikapnya akan menguras energi. Karena rasa ingin menyenangkan orang lain ini lah muncul rasa ketakutan dan Over Thinking berlebihan. 

         Pada akhirnya sikap people pleaser bukan lagi berkenaaan dengan empati, akan tetapi perasaan ketakutan yang telah menyelimutinya. Ucapan kata ‘tidak’ akan sulit diutarakan karena pikirannya yang sudah dibanjiri dengan anggapan jika memberikan batasan kata ‘tidak’ otomatis melukai perasaan orang lain. Justru memberikan batasan untuk merespon suatu permintaan merupakan pilihan yang menguntungkan. Ketakutan yang mendalam dari seorang people pleaser akan membentuk sebuah lingkaran toxic dengan ditunjukannya rasa ketergantungan pada validasi yang melekat pada diri seorang people pleaser, sehingga menghilangkan kepribadian diri people pleaser akibat terlalu berpusat pada keinginan orang lain dibandingkan keinginan diri sendiri.