“Mungkin inilah hidup setelah mati, saat mereka-mereka yang tak lagi bernapas dan
telah dikubur, masih mampu menggemakan kisah mereka, sejarah mereka.”
Buku yang betul-betul bisa aku rasakan penderitaanya, kesedihannya, kemarahannya,
kekecewaannya, serta penyesalannya. Bukan cuma karena isinya berat, tapi karena
buku ini membawa cerita dari berbagai sudut pandang, hal ini yang bikin aku ikut
ngerasain semuanya, baik itu penderitaan, kemarahan, rasa kehilangan, rasa bersalah,
bahkan penyesalan yang kayaknya nggak pernah selesai.
Yang bikin aku paling kebawa suasana adalah bagaimana setiap tokoh punya luka
masing-masing, dan lukanya itu nyata. Bukan luka yang diceritain doang, tapi yang
bener-bener hidup di kepala mereka. Ada bagian yang bikin aku sedih banget sampai
rasanya pengen berhenti sebentar. Ada juga momen ketika aku pengen “ngomong”
sama tokohnya dan bilang bilang, “apa yang kamu pikirkan itu nggak sepenuhnya
benar... ada perjuangan lain yang kamu nggak lihat.”
Buku ini ngasih perspektif dari banyak sisi, dan itu yang bikin perasaanku campur
aduk. Terkadang aku marah, terkadang aku iba, kadang aku cuma bisa diem dan mikir
tentang betapa kompleksnya hidup mereka, dan betapa gampangnya sejarah dihapus,
diputar, atau disembunyikan.
Buat aku, Dari Dalam Kubur adalah buku yang bukan cuma cerita, tapi juga bentuk
perlawanan kecil. Suara-suara yang selama ini dikubur, tapi sebenarnya nggak pernah
bener-bener mati. Mereka berusaha bicara lagi, lewat ingatan, lewat trauma, lewat
penuturan orang-orang yang selamat.
Dan membaca buku ini tuh rasanya kayak diberi kesempatan untuk dengar mereka,
walaupun telat, walaupun menyakitkan, tapi setidaknya kita akhirnya mengerti.
Setidaknya kita nggak pura-pura buta.
