Ketika Harmoni Sosial Menguras Ketenangan Batin

 Ketika Harmoni Sosial Menguras Ketenangan Batin

Tema: Keterkaitan antara People Pleasing dan Overthinking

Rasya Cinthia Haifa


Tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi sikap tenggang rasa dan bahkan sudah diajarkan sejak kecil, terutama di Indonesia, bahwa menjaga perasaan orang lain agar tidak tersinggung dan menjaga suasana agar tetap nyaman jauh lebih penting daripada menjaga perasaan diri sendiri yang terkadang melampaui batas. Hal tersebut dapat merubah ketenangan batin menjadi tekanan batin dan menyebabkan kehilangan diri sendiri yang sesungguhnya. Momen-momen di masa lalu seakan mendorong saya untuk memaksakan diri sendiri meskipun kelelahan dan menahan diri untuk tidak menyampaikan pendapat. Sikap tenggang rasa dan empati yang kuat berdampak pada pengabaian terhadap perasaan dan batas kemampuan diri sendiri.

Keterkaitan antara people pleasing dan overthinking memiliki dampak yang cukup besar. Terlalu terpaku pada apakah yang saya sampaikan akan menyinggung perasaan orang lain atau akan dianggap mementingkan diri sendiri. Sangat sulit untuk mempertahankan kebebasan berpendapat, bahkan dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, saya sering kali terjebak dalam rasa takut akan mengecewakan dan rasa takut akan penolakan.

Saya menyadari bahwa people pleasing muncul bukan karena tidak bisa menolak tetapi karena takut ditinggalkan yang akan berdampak pada kelelahan secara emosional setelah melalui proses yang membuat kita tidak tenang. Suatu hubungan yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman berubah menjadi tempat yang merusak ketenangan batin.

Rasa empati terhadap orang lain memang penting, tetapi menghargai diri sendiri serta memenuhi keinginan untuk diakui merupakan bentuk empati yang sama pentingnya. Memahami orang lain dengan memahami diri sendiri seharusnya berjalan beriringan. Harmoni sosial yang sehat merupakan harmoni sosial yang tidak perlu mengorbankan diri sendiri dan menolak sesuatu yang orang lain inginkan bukan berarti mementingkan diri sendiri, melainkan menghargai batas dan kapasitas diri sendiri.

Sebuah ketenangan batin bukan lah sesuatu yang bisa kita dapatkan dari orang lain, tetapi dengan melakukan segala hal positif yang belum sempat dilakukan. Mewujudkan apa yang selama ini diinginkan akan menciptakan ketenangan batin. Mampu menghadapi konflik dengan kesadaran penuh membuat perasaan damai mulai tumbuh. Menjaga dan menghargai diri sendiri merupakan fondasi bagi harmoni sosial yang jauh lebih baik.